jpnn.com, SURABAYA - Dewan Pemakai Jasa Angkutan Indonesia (Depalindo) berharap pembangunan infrastruktur menurunkan biaya logistik.
Tingginya biaya logistik menurunkan daya saing komoditas ekspor Indonesia.
BACA JUGA: Pemerintah Percepat Pembangunan Infrastruktur
Ketua DPD Depalindo Jawa Timur Isdarmawan Asrikan menuturkan, kontribusi biaya logistik terhadap biaya produksi berkisar 15–20 persen.
Tingginya biaya logistik itu membuat harga barang mahal.
BACA JUGA: Ical Akui Pembangunan Infrastruktur Pesat tapi Daya Beli Melemah
”Konsumen lebih memilih barang impor,” katanya, Minggu (10/9).
Kondisi tersebut perlu diperhatikan pemerintah, khususnya Pemprov Jatim.
BACA JUGA: Pemerintah Yakin Mampu Bayar Utang
Alasannya, ekspor asal Jatim pada semester pertama lalu turun.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, nilai ekspor Jatim pada periode Januari hingga Juli 2017 mencapai USD 10,935 miliar.
Artinya, terjadi penurunan 2,95 persen jika dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu senilai USD 11,268 miliar.
Di negara-negara tujuan ekspor tradisional, Indonesia bersaing dengan Tiongkok. Indonesia juga memiliki pesaing baru, yakni Vietnam.
Imbas persaingan yang makin ketat, jumlah eksportir di Jatim pun menurun.
Saat ini jumlah eksportir di Jatim mencapai 1.000 atau turun sekitar 5–10 persen.
”Penurunan eksportir terbanyak berasal dari eksportir berskala kecil,” kata Isdarmawan.
Jumlah importir di Jatim justru lebih banyak, yaitu 1.500.
Nilai impor Jatim pun pada periode Januari hingga Juli tercatat naik signifikan 21,73 persen (yoy).
Nilai impor Jatim pada periode tersebut mencapai USD 12,329 miliar. Artinya, terjadi defisit USD 1,061 miliar.
”Berbagai hambatan seperti di nota pembetulan dan tidak semua pelabuhan memiliki tempat pemeriksaan fisik terpadu (TPFT) cukup memengaruhi biaya logistik,” imbuh Ketua Umum Depalindo Toto Dirgantoro. (vir/c25/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembangunan Infrastruktur Transportasi tak Hanya Terpusat di Pulau Jawa
Redaktur & Reporter : Ragil