jpnn.com, JAKARTA - Pasien kanker payudara terutama dengan jenis HER2 positif (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) stadium dini hingga hari ini masih terus berjuang agar pengobatan mereka bisa dijamin secara lengkap oleh BPJS Kesehatan. Namun, sampai saat ini masih belum membuahkan hasil.
Vany Ely, (43), penyintas kanker payudara HER2 positif stadium dini yang beruntung mendapatkan penanganan komprehensif tujuh tahun lalu. Dia mendapatkan kemoterapi dan terapi target trastuzumab, yang membuatnya pulih dari kanker payudara HER2 positif.
BACA JUGA: 5 Bahaya Konsumsi Kecap Berlebihan, Salah Satunya Tingkatkan Risiko Kanker Payudara
“Saya beruntung bergabung dengan komunitas pasien CISC (Cancer Information and Support Center). Mereka mengarahkan saya berkonsultasi ke dokter yang tepat," kata Vany dalam webinar Akses Penanganan Kanker Payudara HER2 Positif, Tantangan dan Harapan, beberapa waktu lalu.
Sayangnya, tak banyak pasien kanker payudara HER2 positif yang bernasib seperti Vany.
BACA JUGA: Ladies, Yuk Cegah Kanker Payudara dengan Rutin Olahraga
Sebagian besar pasien tak mampu menjangkau pengobatan tersebut, sementara jaminan kesehatan nasional (JKN) hanya menjamin trastuzumab untuk pasien stadium lanjut.
Saat ini, trastuzumab untuk kanker payudara HER2 positif hanya dijamin di program JKN untuk pasien stadium metastasis (stadium lanjut). Itu pun dibatasi maksimal 8 siklus.
BACA JUGA: Pendaftaran PPPK 2021: Ini Informasi Jadwal Tes Guru Agama
Padahal, pengobatan terapi target trastuzumab sudah menjadi standar pengobatan untuk kanker payudara HER2 positif stadium dini dan bahkan termasuk kedalam daftar obat esensial WHO.
Permasalahan akses pengobatan dengan trastuzumab ini juga sudah lama menjadi sorotan BPJS Watch.
Menurut Timboel Siregar, ketua Advokasi BPJS Watch, seharusnya memang trastuzumab masuk dalam BPJS sejak stadium dini. Kanker itu kalau dibiarkan terus justru biayanya makin besar, jadi harus sejak awal ditangani.
"Pemerintah harus mempertimbangkan penyakit-penyakit katastropik ini untuk tetap mendapatkan perhatian dalam BPJS, jangan malah dianggap membuang-buang uang,” kata Timboel Siregar.
Sementara Ketua Umum Indonesian Cancer Information and Support Center (CISC) Aryanthi Baramuli Putri, berharap akses penanganan kanker payudara, baik pada stadium dini maupun metastasis, benar-benar menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat luas.
Mengingat, kanker payudara saat ini adalah jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia.
“Semoga pada peringatan Hari Perempuan Internasional tahun depan sudah ada penjaminan trastuzumab dari BPJS untuk kanker payudara stadium dini,” tutup Aryanthi. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad