Sekelompok ilmuwan Australia mengklaim mereka berhasil untuk pertama kalinya didunia menghidupkan kembali ragi dari bir berusia 220 tahun yang berhasil diselamatkan dari sebuah kapal yang karam.

Ketika mencapai Great Southern Land pada 1797, Sydney Cove - salah satu kapal dagang komersial pertama yang pernah mencoba perjalanan menuju Sydney sebuah koloni yang baru dibentuk – mengalami kebocoran dan kandas di kecil Pulau Preservation di Selat Bass.

BACA JUGA: ELL: Big dan Large


Banyak awak yang berhasil diselamatkan oleh longboat tetapi beberapa kargo tetap terkubur di laut didalam kapal yang tenggelam, termasuk beberapa pasokan bir berharga untuk Sydney.


Selama hampir dua abad bir itu terbiarkan disana, terlupakan dan terkubur dibawah lapisan pasir dan rumput laut dalam keadaan masih tersegel rapi. Ini merupakan kondisi yang amat baik untuk mengawetkan bahan organik dengan cara yang tidak biasa sampai akhirnya bir itu diselamatkan pada tahun 1990.

BACA JUGA: Taruna Australia Juara Lomba Pidato Bahasa Indonesia


"Bir ini dalam keadaan tersegel utuh, tidak ada oksigen yang masuk dan itu benar-benar utuh," kata arkeolog kelautan Mike Nash, yang menyelamatkan bir itu dari reruntuhan kapal.

Harta karun dari reruntuhan kapal yang karam inilah yang menjadi pusat perhatian utama di museum Ratu Victoria di Launceston di utara Tasmania.

BACA JUGA: Suami-Istri Nikah di Kota Tandus Bantu Bisnis Lokal

Ketika ahli kimia yang kemudian menjadi konservator David Thurrowgood menemukan botol bir ini di tempat penyimpanan museum ketika Ia mulai bekerja di museum ini 18 bulan yang lalu, dia terkejut menemukan salah satu botol bir ini masih memiliki cairan di dalamnya.

“Temuan ini memicu imajinasi liar – apakah masih ada ragi didalam bir ini?


"Pada saat itu saya mulai benar-benar bersemangat," kata Thurrowgood ke Catalyst.


"Itu memberi Kami peluang pada kemungkinan memiliki akses ke bir tertua di dunia. Saya pikir Kita mungkin bisa mengkulturkan ragi itu dan menciptakan kembali bir yang belum ada di planet ini untuk 220 tahun."

Selain botolnya belum dibuka, dua sampel dari botol lain yang telah hati-hati tertuang pada saat penyelamatan bangkai kapal juga ditemukan di bagian terpisah dari museum.

Dengan penuh optimisme, di bulan November 2015 konservator ini menghubungi beberapa ilmuwan top dan mendapatkan pemeriksaan sebentar.

"Saya kira sudah tidak ada peluang lagi ragi itu masih bekerja," kata spesialis ragi Anthony Borneman, dari Australian Wine Research Institute.

"Tapi kesempatan itu terlalu bagus untuk dilewatkan atau untuk tidak mencobanya. Saya tidak terima jika harus menolaknya dan ternyata belakangan ada orang lain yang mencobanya dan ternyata berhasil."

Tidak ada seorang pun di dunia yang pernah berhasil memulihkan ragi hidup dari botol bir berusia 220 tahun, dan beberapa ahli meragukan ragi bir mampu bertahan lebih lama dari 10 tahun.

Meskipun demikian, sampel dalam jarum suntik dari satu botol bir berharga yang belum dibuka itu diambil di sebuah kamar yang sangat steril.

Namun harapan Dr Borneman dan rekan Simon Dillon memudar ketika sampel itu tidak mendapatkan hasil.

"Cairan di dalam botol itu bukan benar-benar bir," kata Profesor Alan Cooper, Direktur Pusat DNA Kuno Australia.

"Mungkin minyak jarak, mungkin sesuatu yang lain, tetapi bukan bir."

Tapi dua sampel dari bangkai kapal di Tasmania yang tertuang 20 tahun yang lalu bisa diaktifkan.

"Reaksi pertama Saya dan juga Simon,'mari lakukan lagi'," kata Dr Borneman.

"Jadi itu adalah hal pertama yang Kami lakukan, Kami mengulanginya untuk memastikan kedua sampel itu bisa diaktifkan jika Kami mencoba untuk mengkulturkan Mereka lagi.

"Dan kemudian Saya pikir setelah kedua kalinya, reaksi itu, 'melakukannya lagi'."

Sebuah analisis DNA rinci dari ragi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ragi ini masih ada karena terkontaminasi.
Ragi bir brettanomyces ditemukan. Ragi ini tidak digunakan dalam pembuatan bir komersial modern, tetapi masih digunakan di banyak tempat yang membuat bir dengan cara lama.

Juga ditemukan ragi bir Saccharomyces, tapi tidak seperti pernah terlihat sebelumnya. ragi ini adalah ragi hibrida yang paling dekat dengan pohon keluarga untuk ale Trappist, yang dibuat oleh para biarawan di Belgia.

Profesor Cooper tidak percaya sampel ini terkontaminasi dapat dikesampingkan tanpa bukti-bukti dari ruang steril.

"Masalahnya adalah kita punya lubang hitam 20 tahun antara saat botol awalnya dibuka, tertuang, kemudian dipindah," katanya kepada Catalyst.

"Di suatu tempat dalam dalam jendela selama 20 tahun itu apapun bisa terjadi,”

Tapi Dr Borneman dan Thurrowgood kesulitan mempertahankan hipotesis bahwa ragi itu terkontaminasi.

"Kami pikir kami punya ragi yang belum pernah terlihat selama setidaknya 220 tahun," kata Thurrowgood.

Dr Borneman mengatakan ada terlalu banyak kebetulan untuk terjadi kontaminasi.

"Kami punya dua sampel, botol yang sama, baik dituangkan dan kemudian disimpan terpisah," katanya.

"Jadi baik ada acara kontaminasi yang sangat spesifik 20 tahun yang lalu ketika mereka tertuang ke dalam dua sampel ini terkontaminasi dengan strain Saccharomyces hybrid dan juga strain bir-racikan Brettanomyces ... kemudian mereka terkunci selama 20 tahun dan kedua berada dalam kondisi yang baik, atau strain itu berada di botol. "

Mereka semua sepakat mereka harus kembali ke bangkai kapal, untuk menggali lebih dalam, menyelamatkan lebih banyak botol, dan mengirimkannya langsung ke laboratorium.

Sementara itu, bir yang menggunakan ragi ini sudah berhasil dibuat berdasarkan resep ale Inggris pada umumnya.

Bir ini kemudian diberi nama Preservation Ale oleh Thurrowgood, merujuk pada nama Preservation Island, dan sangat mungkin menjadi kebangkitan bir tertua di dunia.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Buka Puasa Bersama dan Ajang Lepas Rindu Ramadhan di Tanah Air

Berita Terkait