Beri Kuliah Umum di USK, Hasto: Perguruan Tinggi Harus jadi Infrastruktur Kemajuan Bangsa

Minggu, 27 Februari 2022 – 18:27 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat memberikan kuliah umum di Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh, Minggu (27/2). Foto: DPP PDIP.

jpnn.com, BANDA ACEH - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto merasa terhormat hadir di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Aceh, Minggu (27/2).

Pasalnya, Universitas Syiah Kuala punya rekam jejak kuat dan kedekatan dengan Presiden Pertama Republik Indonesia dan Proklamator Kemerdekaan RI Soekarno atau Bung Karno. 

BACA JUGA: PDIP Dapat Penghargaan dari Basarnas, Hasto Sampaikan Pesan Bu Mega

"Kami sungguh sangat terhormat bisa berada di Universitas Syiah Kuala dengan rekam jejak kepeloporan yang begitu kuat," kata Hasto Kristiyanto. 

Hasto melakukan serangkaian kegiatan dalam kunjungannya ke USK, antara lain, memberikan kuliah umum. Namun, sebelum memberikan kuliah umum, Hasto didampingi Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri diajak Rektor USK Prof Dr Ir Samsul Rizal melihat Tugu Darussalam. 

BACA JUGA: Sekjen PDIP Sampaikan Salam Hangat Megawati Soekarnoputri untuk Masyarakat Aceh

Mereka pun menyempatkan untuk berfoto bersama di Tugu Darussalam yang diresmikan Presiden Pertama RI Soekarno pada 2 September 1959 itu. Pada tanggal tersebut, Bung Karno juga membuka fakultas pertama dari USK, yakni Fakultas Ekonomi. 

Setelah itu, Hasto memberikan kuliah umum dengan tema “Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Sivitas Akademika Perguruan Tinggi Menuju Indonesia Emas 2045". 

BACA JUGA: PDIP Tolak Ekonomi Hijau Versi Barat

Dalam kesempatan itu, Hasto kembali mengingatkan nasihat-nasihat Bung Karno untuk para pemuda dan pemudi, termasuk mahasiswa-mahasiswi di tanah air. 

"Bung Karno selalu mengingatkan kepada kaum muda Indonesia termasuk mahasiswa dan mahasiswi Universitas Syiah Kuala meletakkan, merumuskan, menempatkan cita-citamu setinggi langit.

Sebab, sekiranya kau jatuh, kau jatuh di antara bintang-bintang di angkasa raya," kata Hasto.

Politikus asal Yogyakarta itu menambahkan universitas harus menjadi pusat kemajuan di dalam penguasaan ilmu dan teknologi yang berakar dari apa yang dimiliki Indonesia. 

Penelitian-penelitian pun, kata dia, harus didorong untuk menunjukkan kemampuan Indonesia sebagai bangsa yang berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri. 

Salah satu yang terpenting untuk mewujudkan itu, kata Hasto Kristiyanto, yakni dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdasarkan Pancasila. 

Anak buah Megawati Soekarnoputri di PDIP itu mengingatkan Indonesia jangan mudah terpengaruh pemikiran bahwa  semua yang dari luar adalah yang paling baik dan bagus. 

Nah, kata Hasto, untuk memahami Pancasila apa lagi berbicara revitalisasi, hanya bisa dilakukan dengan membongkar mentalitas yang terjajah, tertunduk, mudah terpengaruh teori-teori dari luar. 

“Kita (Indonesia) kembangkan teori kita sendiri berdasar kondisi rakyat Indonesia, kebudayaan dan geografis bangsa, serta sumber daya yang dimiliki rakyat Indonesia. Itu tugas perguruan tinggi,” katanya. 

Menurut Hasto, dengan memiliki dan menjalankan Pancasila, Indonesia sudah terbukti bisa menjadi pemimpin di antara bangsa di dunia, dihormati di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. 

Oleh sebab itu, dia berharap perlu ada keterlibatan universitas menggaungkan kembali spirit pembumian Pancasila agar Indonesia bisa berdiri dengan kaki sendiri, setidaknya di bidang pangan, energi, pertahanan dan keuangan. 

Dia pun lantas mengingatkan kembali pesan dari Presiden Soekarno bahwa universitas menjadi city of intellect.

"Perguruan tinggi harus menjadi infrastruktur kemajuan bangsa Indonesia. Enggak akan Indonesia maju tanpa perguruan tingginya maju, jangan dibalik," tutur Hasto. 

Sementara itu, Rokhmin Dahuri yang turut hadir menjadi pemateri mengingatkan bahwa kunci kemajuan bangsa ada di perguruan tinggi.

Menurut dia, fakta menunjukkan bahwa hampir semua pemimpin baik itu presiden, gubernur, menteri sampai bupati/wali kota adalah ‘anak kandung’ perguruan tinggi. 

“Kalau kita ingin memajukan dan memakmurkan bangsa ini, maka start-nya harus memperbaiki dan menjadikan kampus kita menjadi world class university," ucap mantan menteri kelautan dan perikanan itu. 

Pria asal Cirebon ini mengatakan maka ada tiga kunci untuk maju dalam hidup di era highly interconnected. Yakni, daya saing, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas harus inklusif serta dinikmati seluruh rakyat Indonesia, serta harus sustainable. 

Menurut Rokhmin, kalau ketiga ini dicapai maka tahun 2045 nanti Indonesia menjadi salah satu kekuataan ekonomi terbesar di dunia.

"Tiga hal ini kita bisa capai kalau kita terapkan ekonomi berbasis Pancasila, green economy dan ekonomi berbasis digital (Industri 4.0)," lanjut Rokhmin. 

Sementara, Samsul Rizal mengatakan Indonesia patut bersyukur memiliki ideologi kuat, yaitu Pancasila, yang sudah teruji sebagai perekat keberagaman baik suku, bahasa, budaya, dan agama. 

“Namun, harus kami akui nilai-nilai Pancasila yang semestinya menjadi landasan hidup sebagai bangsa, kini mulai memudar dari jati diri masyarakat kita. Contoh paling sederhana, di media sosial. Bagaimana orang mudah terprovokasi dengan berita yang belum jelas kebenarannya,” katanya. 

Ironinya, kata dia, yang menyebabkan berita hoaks itu tak jarang berasal dari orang berpendidikan.

“Orang yang semestinya jadi panutan masyarakat,"  tegasnya. 

Oleh karena itu, USK memberikan perhatian penuh kepada upaya pembentukan karakter mahasiswa. 

Salah satunya ialah melalui mata kuliah pembinaan karakter yang wajib diambil mahasiswa.

Selain itu, ada pula berbagai program pembinaan karakter lainnya. 

"Kami ingin mahasiswa Universitas Syiah Kuala tidak hanya cerdas di bidang akademik saja, tetapi juga harus memiliki karakter dan integritas," urainya. 

Di akhir acara, Hasto dan Rokhmin menyerahkan sejumlah buku kepada Samsul Rizal, salah satunya yang berjudul Mustika Rasa.

Seperti diketahui, atas arahan Presiden Soekarno ini dicetak sebagai buku resep masakan nusantara dan diterbitkan tahun 1967. Kemudian, kini sudah  dicetak ulang. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler