Berita Duka: KH Muh Sholeh Hudi Muhyiddin Meninggal Dunia

Kamis, 07 Desember 2017 – 00:35 WIB
Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, MALANG - KH Muh. Sholeh Hudi Muhyiddin, Pengasuh Pondok Pesantren Baiturrohmah Malang, Jatim, meninggal dunia di usia 54 tahun, kemarin (6/12).

Pondok pesantren di Jalan Ciliwung 1 Nomor 61, Kecamatan Blimbing, tersebut diselimuti suasana duka.

BACA JUGA: Ingat, Pemerintah Sudah Janji Angkat Honorer K2 jadi CPNS

Ratusan santri bersalawat dan memanjatkan doa atas wafatnya Kiai Hudi. Suami Sri Rahayu Setiana tersebut wafat sekitar pukul 04.00 pagi di rumahnya.

Putra tentara Hizbullah Syeikh Abdul Hayyi tersebut meninggalkan keluarga dan dua ribuan santri. Lima anak almarhum terlihat belinang air mata sebelum jenazah disalati di masjid yang ada di kompleks pondok.

BACA JUGA: Pengamat: Ipul Tak Paham Cara Entas Kemiskinan di Jatim

Begitu juga dengan santri-santri yang ikut mendoakan almarhum di rumah duka, mereka terlihat sedih dan banyak yang menitikkan air mata.

Perwakilan santri yang juga Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Yayasan Bimbingan Kerohanian Islam Pondok Pesantren Baiturrohman Drs KH A. Cholil Arphaphy MM juga terlihat mengusap air matanya saat menyampaikan pesan-pesan gurunya.

BACA JUGA: PMMD Pelopori Talkshow dan Pembentukan Kader Anti-narkoba

”Santri sangat kehilangan beliau. Semoga (pondok) segera ada penerusnya,” kata dia sesegukan.

Dia juga menyampaikan pesan almarhum yang ingin segera mewujudkan pembangunan pondok di Dusun Cokro, Desa Sukoanyar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Cita-cita Kiai Hudi, kata dia, akan segera terwujud dan segera terselesaikan. KH Cholil meminta santri terus berjuang dan istiqamah ber-khalwat.

”Santri tetap melaksanakan khalwat (nyepi sambil berdzikir) meski beliau (kemarin) sedang sakit,” sambungnya. Menurut dia, itu menandakan Kiai Hudi meminta santri tetap istiqamah berkhalwat.

Tak hanya itu, Idaroh Wusto Jamiah Toriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah Jawa Timur KH Muhammad Marta’in Karim juga terlihat sedih atas wafatnya Kiai Hudi.

Kata Kiai Mata’in, kiai dengan lima anak tersebut merupakan seorang ulama besar. Santrinya sudah menyebar ke seluruh nusantara. Kiai Hudi merupakan Majelis Iftah Idaroh Wusto.

”Semoga keluarga dan para santri diberi ketabahan. Saya yakin santri bisa meneruskan cita-cita beliau,” tuturnya.

Sebelum disalatkan, putra Kiai Hudi, Gus Yahya Muhidi, dan keluarga yang ditinggalkan tak kuasa menahan air mata.

Gus Yahya memimpin langsung tawassul untuk ayahandanya. Suaranya terdengar terbata-bata. Namun, Gus Yahya tak henti-hentinya melemparkan senyum kepada jenazah. ”Kami sekeluarga mohon doa dari hadirin semuanya dan santri seluruhnya,” katanya.

Jenazah pun langsung dibawa menuju masjid dan disalati. Ratusan santri juga mengiringi salat jenazah di masjid pondok.

Setelah itu, jenazah dibawa menuju tempat pemakaman terakhir di Dusun Cokro. Sejumlah tentara dan polisi juga mengantarkan jenazah ke pemakaman menggunakan bus TNI-AU. (jaf/c1/lid)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolda Riau: Sabu dari Malaysia, Dijemput di Tengah Laut


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler