jpnn.com, JAKARTA - Pendiri Sinar Mas Eka Tjipta Widjaja meninggal dunia pada usia 98 tahun di kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (26/1) pukul 19:34 WIB.
Jenazah salah satu orang terkaya di Indonesia itu disemayamkan di rumah duka RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
BACA JUGA: Sinar Mas Dukung Pelestarian Songket Khas Lintau
Eka Tjipta adalah nama besar dalam dunia bisnis Indonesia. Forbes menempatkan Eka Tjipta di urutan ketiga orang terkaya Indonesia dengan nilai kekayaan mencapai USD 8,6 miliar pada Desember 2018.
Pundi-pundi uang Eka Tjipta datang dari konglomerasi bisnis Sinar Mas yang ditopang enam lini usaha.
BACA JUGA: Ningbo Anbang yang Mengguncang
Yakni, pulp dan kertas, agrobisnis dan pangan, layanan keuangan, pengembang dan realestat, telekomunikasi, serta energi dan infrastruktur.
Eka Tjipta lahir dengan nama asli Oei Ek Tjhong di Fujian, Tiongkok, pada 3 Oktober 1923.
BACA JUGA: Sinar Mas Dukung ITB Jadi Entrepreneurial University Â
Bersama keluarganya, Eka Tjipta merantau ke Makassar, Sulawesi Selatan. Saat itu dia baru menginjak usia sembilan tahun.
Enam tahun berselang dia mulai berwirausaha dengan berjualan beragam produk makanan di Makassar. Setelah itu berlanjut ke perdagangan kopra.
Usaha perdagangan kopra itu terus membesar. Pada 1968, Eka mendirikan kilang minyak goreng kopra pertamanya di Manado.
Tahun 1972 menjadi momen penting bagi Eka. Tahun itu dia mulai merambah bisnis properti dengan PT Duta Pertiwi dan bisnis kimia melalui Tjiwi Kimia yang kemudian menjadi pabrik kertas pertama Sinar Mas.
Kini Asia Pulp & Paper (APP) menjadi perusahaan pulp dan kertas terbesar kedua di dunia.
Pada 1982, Eka melebarkan sayap bisnis ke industri keuangan dengan PT Internas Artha Leasing Company.
Perusahaan itu kemudian berkembang menjadi penyedia jasa keuangan terintegrasi, termasuk melalui Bank Internasional Indonesia (BII).
Pada 1986, Eka merambah bisnis hutan tanaman industri melalui Sinar Mas Forestry.
Pada 1996, Eka masuk ke bisnis energi dengan PT Dian Swastatika dengan memasok listrik ke industri kertasnya.
Pada 2005, Eka memperkukuh lini bisnis keuangannya dengan mengakuisisi Bank Shinta.
Pada 2006, bank itu resmi berganti nama menjadi Bank Sinarmas. Pada tahun yang sama juga Sinar Mas terjun ke bisnis telekomunikasi melalui Smart Telecom.
Saat usianya beranjak senja, Eka mulai mengalihkan estafet kerajaan bisnisnya kepada anak-anaknya.
Misalnya, bisnis pulp & paper dipercayakan kepada anak tertuanya, Teguh Ganda Widjaja.
Adapun lini agrobisnis dan makanan dipegang Franky Widjaja. Selain itu, bisnis realestat dikelola Muktar Widjaja.
Bisnis jasa keuangan dipegang Indra Widjaja. Generasi ketiga keluarga Widjaja kini juga mulai muncul dan memegang posisi penting di bisnis Sinar Mas.
Selain pulp & paper, salah satu kekuatan utama Sinar Mas terdapat di bisnis kelapa sawit.
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan, Sinar Mas adalah salah satu di antara empat kelompok yang diminta Presiden Soeharto untuk mengembangkan kelapa sawit di Indonesia. Tiga kelompok lain adalah Salim, Astra, dan Asian Agri.
"Empat kelompok usaha itulah yang menjadi pionir perkebunan besar swasta di tahun 1980-an,” kata Togar, Sabtu (26/1). (agf/c11/owi)
Redaktur : Tim Redaksi