Berita Terbaru Divestasi Saham Freeport Indonesia

Selasa, 05 Juni 2018 – 07:21 WIB
Aktivitas tambang PT Freeport Indonesia. Foto: dok/Radar Timika

jpnn.com, JAKARTA - Negosiasi antara pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia tentang divestasi 51 persen saham perusahaan tambang tembaga dan emas itu masih berlangsung.

Proses negosiasi yang alot membuat target penyelesaian mundur dari April 2018 menjadi Juni tahun ini.

BACA JUGA: Freeport Dukung Persipura Jayapura Rp 8,5 Miliar, Bisa Lebih

Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, transaksi untuk mengembalikan PT FI ke Indonesia merupakan yang tersulit yang pernah dihadapi.

Sebab, transaksi melibatkan tiga pihak sekaligus. Yakni, Inalum, Freeport-McMoRan, dan Rio Tinto.

BACA JUGA: Freeport Resmi Support Persipura Rp 8,5 Miliar

’’Ini satu aset terbesar Indonesia. Ini tambang tembaga terbesar kedua di dunia setelah Chili dan tambang emas terbesar di dunia,’’ ujar Budi, Senin (4/6).

Kendati demikian, dia optimistis transaksi untuk divestasi saham PT FI tersebut segera terealisasi.

BACA JUGA: Divestasi Saham Belum Kelar, Ini Sepak Terjang Freeport

’’Significant milestone sudah terlampaui sejak dua minggu lalu,’’ imbuh Budi.

Budi mengatakan, transaksi divestasi itu cukup unik. Sebab, sebelum ada kesepakatan transaksi, Inalum mendapatkan komitmen pendanaan dari konsorsium perbankan Himbara maupun luar negeri.

Namun, dia enggan menyebutkan perbankan yang terlibat dalam konsorsium pendanaan tersebut.

’’Salah satu perbankan yang mendanai saat ini ikut dengan Pak Orias (Direktur Keuangan Inalum Orias Petrus Moedak, Red) ke Freeport sana,’’ kata Budi.

Apabila Freeport bisa jatuh ke tangan Indonesia, holding tambang menjadi pemilik cadangan emas terbesar di dunia.

Pihaknya memerinci, saat ini cadangan emas PT FI mencapai 1.187 ton dan tembaga 19,4 juta ton.

’’Doakan semoga bisa kembali ke pangkuan ibu pertiwi di era kalian,’’ ucap mantan Dirut Bank Mandiri tersebut.

Sementara itu, pembangunan smelter masih harus mempertimbangkan beberapa hal terkait dengan pemilihan lokasi.

Ada tiga lokasi yang bisa dipertimbangkan, yakni Gresik, Sumbawa, dan Papua.

Namun, Gresik dianggap cukup potensial sebagai lokasi pembangunan smelter lantaran Freeport juga telah membangun copper smelter sebanyak satu juta ton.

’’Tinggal dinaikkan menjadi tiga juta ton,’’ kata Budi.

Apalagi, smelter konsentrat tembaga akan menghasilkan dua limbah, yakni limbah asam sulfat dan limbah slag.

Limbah asam sulfat bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk oleh Petrokimia Gresik.

Sementara itu, limbah slag bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen oleh Semen Gresik. (vir/c19/fal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Cegah Swasta Beli Saham Freeport


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler