Berkat Plester Luka, Siswa Kharisma Bangsa Raih Emas di Level Dunia

Senin, 05 Agustus 2019 – 07:09 WIB
Kepsek SMA Kharisma Bangsa Imam Husnan Nugraha bersama Farrel, Tasya, dan Tiara. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com - Siswa-siswi berprestasi dari Sekolah Kharisma Bangsa, sejak dini berprinsip: dari hal kecil, bisa berbuat hal yang besar.

Mesya M, Tangsel

BACA JUGA: PPDB Zonasi Jangan Hambat Siswa Berprestasi Daftar ke Sekolah Favorit

ADALAH Farrel, Tasya, dan Tiara. Ketiganya merupakan siswa berprestasi dari Sekolah Kharisma Bangsa, Tangsel. Seperti kebanyakan siswa cerdas, penampilan mereka kalem dan cenderung pemalu.

Namun, dari sorotan mata mereka tidak bisa menutupi IQ ketiganya yang di atas rata-rata.

BACA JUGA: Virdiana Inggried, Siswi asal Gunungkidul Peraih Nilai UNBK Tertinggi

Farrel misalnya. Siswa kelas XI yang bernama lengkap Farrel Dwireswara Salim ini langganan jawara olimpiade matematika baik di dalam maupun luar negeri.

Peraih bronze medal International Mathematical Olympiad (IMO) ke-60 di Inggris ini sejatinya tanpa sengaja menyukai mata pelajaran (mapel) yang paling ditakuti siswa kebanyakan. Gara-garanya dia paling tidak suka menghafal.

BACA JUGA: Kisah Edgar, Sejak TK Hobi Games, Juara Olimpiade Matematika, Tembus Harvard University

Setiap kali ada mapel menghafal seperti Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Farrel merasa tersiksa. Dia merasa sulit untuk menghafal. Berbeda saat mempelajari matematika. Farrel begitu semangat karena tidak ada hafalan.

BACA JUGA: Mohammad Oscar, si Ganteng Putra Buruh Pabrik, jadi CPNS Lulusan IPDN

Kecenderungan Farrel yang senang matematika membuat kakaknya, Arya, menyarankan ikut olimpiade. Arya yang juga jawara olimpiade menjadi salah satu inspirasi Farrel, dan ternyata berhasil. Sejak SMP, berbagai prestasi di Olimpiade Sains Nasional maupun internasional diukir Farrel.

Terus melesatnya prestasi Farrel salah satunya ditunjang oleh sistem pendidikan di Kharisma Bangsa yang membuat kelompok belajar olimpiade.

Siswa-siswi yang “bermental” olimpiade dikumpulkan dan dibimbing oleh guru khusus. Tidak hanya guru, para siswa peraih medali di olimpiade juga ikut menjadi pelatih adik-adik kelasnya.

"Saya lebih banyak belajar sendiri di waktu lowong. Kalau ada pelajaran yang tidak dimengerti saya tanya kakak kelas yang tinggal seasrama," kata Farrel kepada JPNN, Sabtu (4/8).

Dia lantas memberikan tips bagi siswa-siswi yang ingin belajar matematika dengan mudah. Caranya adalah banyak berlatih soal-soal olimpiade. Bila ada yang tidak pahami bisa belajar mandiri di website khusus olimpiade.

Siswa kelahiran Malang, 5 Juni 2003 ini bercita-cita ingin masuk Harvard University mengikuti jejak kakak kelasnya, Alvian Edgar Tjandra peraih medali emas IMO ke-59 di Rumania. Saat ini anak kedua dari tiga bersaudara ini sudah mendapatkan satu tiket beasiswa ke salah satu universitas top di Singapura berkat prestasinya di IMO 2019.

Prestasi dunia lainnya juga ditorehkan Anastasya Azzahra alias Tasya dan Tiara Salsabila. Dua dara ini meraih gold medal World Invention Creativity Olympic (WICO).ke-18 di Korea Selatan. Uniknya ini adalah olimpiade sains dunia pertama yang keduanya ikuti tapi langsung raih emas.

Keduanya berhasil mengalahkan 10 ribu peserta dari 20 negara. Sebenarnya, proyek sains yang dibawa Tasya dan Tiara sangatlah sederhana yaitu riset tentang plester serta krim luka. Kelebihan riset keduanya adalah plester lukanya bisa larut dalam air sehingga mengurangi sampah medis.

Menurut Tasya, setiap tahun ada 10 juta miliar lembar plester luka yang jadi sampah medis di dunia. Bila ini dibiarkan terus akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan lingkungan hidup di dunia.

Untuk mengatasi itu, Tiara dan Tasya memberikan solusi sederhana dengan membuat plester luka bisa terurai tanpa menjadi sampah medis. Plester ini menggunakan bahan dasar ekstrak daun sirih dan kemangi yang dipadankan dengan polifenol ethanol.

"Kami terinspirasi dari masker wajah yang mudah larut dalam air. Itukan pakai polifenol ethanol yang sifatnya memang mudah larut dalam air. Selain itu bahan kimia ini lebih murah dibandingkan lainnya. Ternyata riset kami berhasil," ujar Tasya dengan mimik gembira.

Sedangkan krim luka buatan Tiara dan Tasya mempunyai efek menyembuhkan lebih dahsyat. Hanya dalam tempo tiga hari luka bisa sembuh dan tanpa menimbulkan reaksi apa-apa. Sementara krim luka lainnya butuh waktu 4-7 hari. Lagi-lagi bahan dasarnya ekstrak daun sirsak dan kemangi yang dikenal punya daya antiseptik tinggi.

Kini dengan medali emas yang diraih, Tiara, siswi kelahiran Jakarta, 29 Januari 2004 ini bercita-cita jadi food saintis. Demi mengejar cita-citanya itu, siswi kelas XI ini berencana kuliah di Jepang.

Sedangkan Tasya, dara kelahiran Bandung 26 Januari 2003 masih belum tahu jadi apa. Dia hanya ingin membantu memperbaiki ekonomi bangsa yang dinilainya makin terpuruk.

Pada kesempatan sama, Kepsek SMA Kharisma Bangsa Imam Husnan Nugraha menambahkan, Harvard University kini mulai melirik siswa kelas 7, 8, dan 9. Harvard tidak hanya fokus di kelas 10, 11, dan 12.

Keinginan Harvard University untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa-siswi Kharisma Bangsa memberikan nilai positif. Sejak SMP, Harvard sudah memantau perkembangan anak-anak Kharisma Bangsa. Untuk kemudian yang berpotensi akan ditarik ke Harvard University.

"Rupanya keberhasilan Edgar menembus Harvard University membuat pihak universitas tertarik dengan anak-anak didik kami. Ini semakin memotivasi kami menyiapkan anak-anak agar makin banyak yang bisa masuk Harvard dan universitas-universitas top di luar negeri. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siswa Berprestasi di OSN Boleh Pilih SMP yang Disukai Tanpa Tes


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler