jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai membutuhkan sosok cawapres yang berpengalaman menjabat posisi penting di pemerintahan.
Salah satu yang memenuhi kriteria tersebut adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
BACA JUGA: Airlangga Condong ke Prabowo, Pakar: Masuk Akal, Buka Peluang Jadi Cawapres
"Airlangga mungkin diuntungkan karena partainya termasuk tiga besar. Ketika Gerindra dan Golkar berkoalisi, tentu juga akan menguntungkan bagi Prabowo," kata Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago kepada wartawan, Kamis (15/6).
Dia menambahkan bahwa Airlangga juga seorang teknokrat dan memiliki pengalaman matang di pemerintahan.
BACA JUGA: Menko Airlangga Apresiasi Akreditasi IABEE/PII Oleh Washington Accord
"Dan keduanya (Prabowo dan Airlangga) adalah menteri Presiden Jokowi," kata dia
Karena itulah, menurutnya, peluang Airlangga dipilih sebagai cawapres Prabowo untuk Pilpres 2024 lebih besar ketimbang memilih Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
BACA JUGA: Menko Airlangga: APIP Harus Terus Mendorong Peningkatan Perekonomian Inklusif
"Dalam artian ketika Prabowo melihat kebutuhan dia sebagai pemimpin masa depan karena ada pengalaman dari Airlangga," kata Arifki
"Ketika Prabowo memilih Cak Imin, tentu faktornya bukan faktor teknokrat atau pengalaman dan lainnya, tapi lebih besar kepada pengaruh PKB dan NU," katanya
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto mempertanyakan wartawan yang tidak menanyakan soal Bakal Capres Prabowo Subianto.
Hal itu disampaikan Airlangga usai ditanya masalah politik terkini di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, (12/6/2023).
"Kok enggak tanya Prabowo,” kata Airlangga.
Diketahui, Ketua DPP Partai Golkar Nusron Wahid berharap jika Capres berasal dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), maka Cawapresnya berasal dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
"Ya kan begini ya, kalau gagasannya itu adalah integrasi dua koalisi yaitu KIB dan KKIR, kan KKIR sudah mempunyai calon presiden yang pakem, yang tidak mau ditawar. Namanya Pak Prabowo Subianto," kata Nusron kepada wartawan di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (14/5).
"Supaya ini (koalisi) bisa melebur, kan kita juga harus ada yang mau mengalah. Oke kalau begitu presidennya dari KKIR, tapi wakil presidennya dari KIB," sambungnya.
Orang yang dimaksud sebagai Cawapres untuk mendampingi Prabowo yakni Airlangga Hartarto yang merupakan Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar.
Namun, KIB sendiri belum memutuskan siapa yang akan menjadi Capres-Cawapres.
"Ya KIB siapa biar diputus dalam KIB. Tapi tentunya karena saya orang Golkar, berkepentingan supaya KIB itu nanti yang muncul nanti nama Pak Airlangga Hartarto. Kenapa? Karena Airlangga merupakan Ketua Umum Golkar, dalam KIB, Golkar juga partai paling besar, wajar dong dan relevan begitu," ujarnya.
Terkait dengan koalisi empat partai tersebut menurutnya bagus. Karena, disebutnya diisi oleh partai besar.
"Ini (koalisi) kalau jadi bagus. Kenapa? Karena Gerindra secara suara pemenang nomor tiga, ini nomor dua, mempunyai presentasi. Di dalam KKIR, Gerindra adalah partai paling besar, lebih besar dari PKB. Dalam KIB, Golkar adalah yang lebih besar daripada PAN saya kira fair," ungkapnya.
"Ketika nanti bagaimana rumusannya kalau proposalnya disetujui/tidak disetujui ya namanya kan soal bagaimana nanti para empat ketua umum ini berunding," pungkasnya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif