IMAJINASI liar Grace Liem mampu menghasilkan beragam aksesori. Namanya pun dikenal dalam berbagai event fashion. Kendati berlatar belakang ilmu hukum, dia memilih profesi sebagai fashion detail conceptor dan accessories designer.
------------
Laporan Maya Apriliani, Surabaya
------------
”SEKARANG saya sudah luegooo... (lega). Bisa tidur nyenyak,” ucap Grace Liem Minggu (1/3) dengan nada riang, lantas tertawa lepas. Dia tampak begitu bahagia. Grace memang pantas berbahagia. Perempuan bernama lengkap Grace Setyo Liem itu telah menuntaskan karya-karyanya.
Dia menciptakan beragam aksesori dengan berkolaborasi bersama para desainer ibu kota. Bersama Zaskia Sungkar, artis yang juga desainer busana perempuan, Grace terbang ke Amerika Serikat.
BACA JUGA: Lantik PNS di Kuburan, yang Mau Cerai Harus Menghadap Dirinya
Di Negeri Paman Sam tersebut, ibu tiga anak itu memamerkan hasil karyanya pada ajang Couture New York Fashion Week 2015 pada 14 Februari lalu. Sebanyak 15 aksesori dengan label g.liem yang dibuat dalam waktu tiga pekan dia boyong ke sana.
Empat belas aksesorinya berupa headpieces (hiasan kepala) aneka bentuk dan warna. Ada silver, hijau, putih, dan hitam.
BACA JUGA: Upaya Pak Berengos Dandani Wajah Solo
Untuk aksesori utama, Grace mempersembahkan karya fantastis berupa selempang dari pelat dengan teknik laser cutting yang dilengkapi hiasan kepala bertabur kristal. Seluruh aksesori yang diciptakan Grace menyesuaikan dengan tema pakaian Putri Mandalika yang didesain Zaskia.
Hiasan kepala yang dibuat Grace tidak hanya berfungsi sebagai pemanis. Tapi, itu juga menjadi hijab yang dikenakan para model busana muslim. Aksesori milik Grace menambah kesan glamor dalam parade busana di kancah internasional tersebut.
BACA JUGA: Achmad Basuki, Bos Busana Muslim yang Hobi Jual Kerupuk Terasi
Pekan lalu di kantornya, kawasan Villa Bukit Mas, Grace memperlihatkan karyanya yang dipamerkan di Amerika. Headpieces buatannya cukup unik. Ada yang dibuat dengan tema daun. Daun-daun tersebut berasal dari bordir 3D ditambah dengan timbulan dari serat-serat benang.
Sekilas, benang-benang itu seperti bulu halus. Padahal, tidak ada unsur bulu dalam karyanya. Untuk bisa menciptakan karya tersebut, Grace harus bereksperimen berkali-kali. Tidak cukup sekali jadi. Dia perlu melakukan teknik bordir di bagian bawah benang untuk menyatukannya.
Istri Maximus Liem itu menyatakan terinspirasi oleh rumah suku Sasak yang bagian atapnya terbuat dari bahan jerami dengan bentuk njrabut-njrabut alami. Untuk membawa aksesori tersebut, Grace membutuhkan satu koper besar. ”Paling ribet bawanya untuk aksesori gong-nya dari pelat itu,” ucap pemilik Grace Liem Haute Detail tersebut.
Ukurannya yang jumbo membuat Grace harus mencari cara mengemas agar praktis dibawa. Dia akhirnya menemukan cara untuk membuat aksesori tersebut dapat dibongkar pasang. Tapi, dari luar, aksesori tidak terlihat putus sama sekali.
Perempuan kelahiran Surabaya itu tidak ingin setengah-setengah dalam bekerja. Totalitas menjadi kunci utama keberhasilannya. Setiap memperoleh order membuat aksesori, dia berupaya mewujudkan keinginan klien dengan maksimal. Keahliannya membuat aksesori tiga dimensi (3D) terus dikembangkan.
Bukan sekadar keindahan yang ditonjolkan, tetapi detail pun diperhatikan. Karena itu, Grace terbiasa berkorban untuk menghasilkan karya fenomenal. Bangun tengah malam dan kerja dini hari merupakan hal biasa untuk mengeksplorasi ide liarnya di bidang seni. ”Tidur hanya dua jam sehari sudah biasa kalau asyik mencipta karya seperti ini,” ujar alumnus Fakultas Hukum Ubaya itu, lantas tersenyum.
Apalagi awal tahun ini waktu Grace tidak hanya tersita untuk menciptakan aksesori buat Zaskia. Dalam waktu yang hampir sama, dia mendapat tawaran berkolaborasi dengan dua desainer sekaligus. Yakni, Ivan Gunawan dan Melia Wijaya yang tampil pada ajang Indonesia Fashion Week 2015 di Jakarta, 26 Februari lalu.
Grace pun harus berselancar di dunia maya dan mengupas tuntas majalah fashion untuk mencari inspirasi yang sesuai dengan tema Thalassa milik Ivan dan Geometricly-nya Melia.
Untuk detail baju dan headpieces-nya Ivan, Grace membuat kelopak dengan laser cutting. Tiap kelopak berlubang sehingga memberi kesan ringan. Itu membuat karyanya seakan-akan melayang, seolah berada di dalam air saat sang model berjalan.
Grace juga memberi detail menyerupai kerang yang dibuat dari pelat dan carving paste atau semacam pasta untuk membuat ukiran. Dia juga memakai tumbuhan laut yang dibordir plus mutiara dan swarovski. Tak ketinggalan detail rumput laut dari bahan karet dengan lukisan. ”Semua aksesori sesuai dengan tema Thalassa yang berarti mother of sea dari legenda Yunani,” tegasnya.
Dia juga mempersiapkan aksesori dari logam dengan bentuk geometris untuk Melisa. Ada juga model kotak yang dipadu kristal. Sebelum membuat aksesori, Grace memastikan tema yang akan digunakan desainer dalam show.
Grace menuturkan, menyelesaikan tiga order dalam satu bulan bukan perkara gampang. Dia harus ngebut dan bekerja lembur, mulai pagi sampai malam. Berkat kerja kerasnya, Grace mampu menuntaskan 50 aksesori untuk tiga desainer sesuai waktu yang ditentukan.
Dia juga menerapkan trik dengan membagi karyawannya dalam tim yang berbeda untuk menyelesaikan pesanan tersebut. Untuk setiap desainer, Grace menyiapkan delapan anggota tim. Dengan cara itu, anggota tim memiliki tanggung jawab masing-masing. ”Saya salut dengan para karyawan. Mereka semua hebat, kompak, dan memiliki rasa tanggung jawab,” tegasnya.
Grace merasa bahagia dengan jalan hidup yang dipilihnya. Menjadi seorang fashion detail conceptor dan accessories designer mewakili kecintaannya pada dunia seni.
Padahal, dulu Grace bercita-cita menjadi dokter. Waktu itu, putri pasangan dr Setyo Hartojo (almarhum)-Lenny Endriati itu terinspirasi papanya yang seorang dokter. ”Saya ingin sekali menjadi dokter spesialis bedah plastik,” katanya.
Tapi, pada saat itu, papa Grace tidak mengizinkan untuk mengambil jurusan IPA. Alasannya, Grace adalah anak perempuan satu-satunya dan paling disayang. Papa Grace tidak tega seandainya Grace harus jaga malam atau ditempatkan di rumah sakit pedalaman. Akhirnya, Grace mengambil jurusan hukum. Namun, orang tuanya berharap Grace tidak menjadi advokat. Orang tuanya lebih suka Grace menjadi notaris.
Namun, setelah menyelesaikan kuliah selama 3,5 tahun, Grace sadar tidak memiliki passion pada profesi notaris. Dia lebih suka seni. Sejak kecil dia memang senang bidang tersebut.
Akhirnya, dia mengikuti kursus corsage di Surabaya. Kemudian, dia memperdalam ilmu tersebut di Legeron Paris. Pendidikan itu tidak sia-sia. Grace menjadi ahli di bidang tersebut. Bahkan, dia berani menggabungkan corsage dengan bordir dan aksesori lain menjadi desain yang unik pada baju. Sejak 2000, dia mulai mengerjakan detail pakaian.
Pada 2003, dia mengerjakan aksesori untuk rambut. Misalnya, fascinator (topi Inggris) dan headpieces untuk pengantin. Lima tahun kemudian, dia mewarisi bisnis bordir dari mertuanya, Sussy. Sejak saat itu, Grace terus berimajinasi mengembangkan teknik baru dalam membuat aksesori dan hiasan detail baju.
Dia juga memanfaatkan bahan-bahan baru di sekitarnya. Akrilik, pelat, kristal, benang, kawat, hingga piring porselen dapat dibentuk Grace menjadi aksesori. ”Bekerja di bidang yang dicintai mendatangkan kebahagiaan dan hasilnya akan maksimal,” kata Grace.
Terkadang, Grace tidak menyangka bisa bertemu desainer-desainer hebat. Perkenalannya pun terbilang tidak terduga. Itu berawal dari keikutsertaannya dalam Bazar Fashion Festival Oktober tahun lalu.
Waktu itu, Grace mengunggah foto karyanya yang bertema Eksentrik Oriental di akun Instagram-nya. Ternyata, foto-foto karyanya mendapat banyak pujian. Karyanya bahkan menarik perhatian Ivan Gunawan dan Zaskia hingga mengajak Grace berkolaborasi.
Meski sudah memamerkan karyanya di Amerika, Grace ingin terus berkarya. Dia ingin merambah negara lain untuk memperlihatkan karyanya pada dunia. (*/c6/oni)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eko Sulistyo, Anggota Kwarnas Pramuka yang Aktif Terlibat dalam Misi-Misi Kemanusiaan
Redaktur : Tim Redaksi