Bertemu Gianni Infantino, Erick Thohir Ungkap 5 Rencana FIFA Untuk Indonesia

Minggu, 09 Oktober 2022 – 19:58 WIB
Erick Thohir. Foto: Kenny Kurnia Putra/JPNN.com

jpnn.com, QATAR - Presiden Joko Widodo mempercayakan Menteri BUMN Erick Thohir untuk bertemu Presiden Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), Gianni Infantino, Rabu (5/10) di Doha, Qatar.

Mantan Presiden Inter Milan itu diminta untuk menyampaikan surat dari Jokowi, terkait tragedi Kanjuruhan Malang, yang menewaskan 131 orang.

BACA JUGA: Ganjar: Petani Milenial di Jateng Adaptasi Konsep Smart Farming, Digitalisasi, dan IoT

Erick mengatakan, sebelum bertemu dan berdiskusi dengan Presiden FIFA, dia juga menghubungi para pemangku kepentingan olahraga di tanah air lainnya.

"Ketika saya berdiskusi dengan FIFA saya telepon Pak Menpora, saya telepon Ketua PSSI bahkan Pak Mahfud MD juga saya telepon. Karena yang terpenting, pemerintah harus hadir menyelesaikan masalah-masalah itu, tetapi jangan sampai berbenturan dengan aturan FIFA,” kata Erick.

BACA JUGA: Respons Presiden FIFA Terkait Tragedi Kanjuruhan

Dia menjelaskan FIFA memberikan alternatif untuk menyelesaikan persoalan sepak bola di Indonesia, dan sanksi bukanlah pilihan.

“Kalau dilihat dari suratnya yang kemarin sempat ditayangkan oleh Bapak Presiden Jokowi, di situ jelas FIFA memberikan alternatif selain memberikan sanksi. Jadi FIFA tidak memberi sanksi, tapi ada 5 poin yang harus dikerjakan secara bersama-sama,” tutur Erick.

BACA JUGA: Soal Tragedi Kanjuruhan, Presiden FIFA Bertemu Jokowi, Bakal Ada Kesepakatan

FIFA bersama pemerintah, termasuk AFC dan PSSI akan melakukan transformasi sepak bola Indonesia.

“Dalam masa transformasi ini, FIFA akan berkantor di Indonesia," imbuhnya.

Adapun lima butir kegiatan bersama yang dirumuskan FIFA itu, adalah: pertama adalah mengaudit ulang lapangan sepak bola atau stadion sepak bola yang layak dipakai dan yang belum layak.

Untuk stadion yang belum layak dipakai, akan diperbaiki atau direnovasi. 

Dalam konteks stadion ini, ada aturan yang memisahkan jalur kedatangan pemain dan penonton.

Jadi, kedatangan penonton dan kedatangan pemain tidak boleh tercampur atau jadi satu. Sebab, pemain harus dilindungi, penonton pun harus dilindungi.

Kedua, FIFA dan pemerintah Indonesia harus men-trainning semua perangkat hukum agar sesuai dengan aturan yang sudah disepakati dunia dalam penjagaan atau pendampingan pertandingan sepak bola, baik saat pertandingan dan sesudah pertandingan.

Ketiga, supporter harus menjadi bagian daripada transformasi. Sebab, supporter juga harus sportif, tidak saling menyalahkan.

Dengan sosialisasi dan peran serta supporter dan klub sepek bola, diharapkan ekosistem sepak bola Indonesia bisa lebih baik.

"Bayangkan kalau Indonesia kena sanksi 5-8 tahun, sepak bola Indonesia mungkin akan rubuh. Inilah kita jaga kenapa semua stakeholder harus sama-sama mau bertransformasi, itu baru point nomor 3. Supporter harus masuk data base, harus terlibat, klub-klub pemilik juga harus terlibat,” tutur Erick.

Keempat, mengatur jadwal pertandingan. FIFA melihat, jadwal pertandingan harus sudah selesai dilakukan pada saat transportasi publik masih beroperasi.

Sebab kalau sudah tidak ada kendaraan umum pada saat pertandingan usai, maka akan menimbulkan kerumunan sehingga memicu perseteruan.

Kelima adalah soal pendampingan ahli untuk transformasi sepak bola di tanah air ini.

"Tim transformasi yang akan dibentuk itu nanti akan dibicarakan antara Presiden FIFA dan Presiden Jokowi di mana Presiden FIFA akan datang ke Indonesia pada 18 Oktober," jelas Erick.(chi/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler