Bertemu Pimpinan MPR, Dubes Abdul Karim Ingin Indonesia Segera Buka Kedubes di Rwanda

Selasa, 30 April 2024 – 23:28 WIB
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (kiri) bersama Duta Besar Rwanda untuk Indonesia Sheikh Abdul Karim Harelimana membahas sejumlah penting dalam pertemuan yang berlangsung pada Selasa (30/4). Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) menyambut hangat kedatangan Duta Besar (Dubes) Rwanda untuk Indonesia Sheikh Abdul Karim Harelimana di Komplek Senayan, Jakarta, Selasa (30/4).

Dubes Abdul Karim yang didampingi Executive Assistant Helen Mandagi. diterima HNW di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR Lantai 9 Gedung Nusantara III.

BACA JUGA: Soal Putusan MK, HNW Singgung Perbaikan untuk Pemilu ke Depan

Dalam pertemuan tersebut banyak hal yang dibahas HNW dengan Abdul Karim.

HNW mengatakan kedatangan Abdul Karim ke komplek parlemen untuk menindaklanjuti pertemuan yang telah dilakukan Presiden Rwanda Paul Kagame dan Presiden Joko Widodo pada 2022 lalu.

“Kedua negara telah bersepakat membuka hubungan langsung. Rwanda sudah membuka kedutaan besar di Indonesia," kata HNW.

BACA JUGA: Solid, HNW PKS Ungkap 5 Fraksi Berkomitmen Mengajukan Hak Angket di DPR

Abdul Karim merupakan Dubes pertama Rwanda di Indonesia.

Untuk menjalin hubungan dengan Rwanda, saat ini Indonesia masih melalui kedutaan besarnya yang ada di Kota Nairobi, Kenya.

Dubesnya masih dirangkap dengan beberapa negara Afrika lainnya.

BACA JUGA: HNW Kritik Rencana Menag Yaqut Persiapkan KUA Bisa Melayani Pernikahan Semua Agama

“Mereka ingin agar Indonesia segera membuka kedutaan besarnya di Rwanda," kata politikus senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

HNW mengatakan sangat penting untuk meningkatkan hubungan Indonesia-Rwanda.

Rwanda memiliki lokasi yang strategis di benua Afrika.

Selain itu, negara yang beribu kota di Kigali ini sekarang mengalami kemajuan yang pesat.

Diakui HNW, di negara tersebut pernah terjadi konflik antarsuku, Hutu dan Tutsi yang menimbulkan banyak korban jiwa.

Namun, konflik tersebut akhirnya bisa berakhir dengan damai.

“Mereka bisa bangkit setelah konflik antarsuku yang panjang," imbuh HNW yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor.

Rwanda selepas konflik dan bangkit, menurut HNW berubah dari negeri yang dulunya terbelakang menjadi maju, bisa menghadirkan kualitas pendidikan dan kesehatan yang baik serta tercipta persatuan nasional yang kuat berbasiskan keragaman suku dan agama.

Dari beragamnya suku, agama dan golongan, dan kepentingan serta bisa menyudahi konflik antarsuku, bangsa Indonesia bisa menjadikan Rwanda sebagai mitra yang berpengalaman positif agar potensi konflik serupa di tengah keberagaman dan kepentingan itu tidak terjadi lagi, tidak terulang dan tidak menyebar.

“Dengan mengedepankan keadilan, Rwanda merupakan salah satu negara yang berhasil mengatasi permasalahan peperangan antar suku yang mengancam persatuan nasional” tegasnya.

Dubes Abdul Karim dalam kesempatan itu memuji keberagaman dan majunya pendidikan Islam di Indonesia.

Dia juga melihat dinamika ormas-ormas Islam serta peran yang dilakukan oleh MPR dan DPR.

“Hal-hal yang seperti ini menurut Abdul Karim merupakan sesuatu yang bisa dikerjasamakan dengan Rwanda," ujar HNW.

Meningkatkan hubungan antarparlemen bagi HNW perlu ditingkatkan sebab demokratisasi di Rwanda berjalan dengan baik.

Buktinya partisipasi perempuan Rwanda di parlemen mencapai 61 persen. Ketua Parlemen Rwanda pun juga perempuan.

“Pemerintah di sana berharap adanya peningkatan kerjasama antarparlemen," ungkap alumnus Universitas Madinah, Arab Saudi, itu.

HNW juga sepakat bila hubungan antarparlemen dan pemerintahan kedua negara ditingkatkan.

Dikatakan peningkatan hubungan kedua negara bisa terjadi apabila Indonesia telah membuka kedutaan besar di Kigali atau memperkuat kedutaan besarnya yang ada di Nairobi.

“Dari sinilah selanjutnya hubungan perdagangan dan yang lainnya bisa diperkuat," pungkasnya. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler