Berton-Ton Tekstil Impor Masuk

Berebut Panen Omzet Lebaran

Senin, 02 Agustus 2010 – 08:51 WIB

JAKARTA - Penjualan baju dan aksesoris busana selalu meningkat menjelang LebaranNamun, rejeki nomplok di depan mata itu tak membuat pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) bergairah

BACA JUGA: Minta Sarjana Mengubah Mindset

Sebab, pasar kini dipenuhi produk tekstil impor
Yang terbaru adalah kiriman 500 kontainer berisi ratusan ton pakaian jadi mulai awal Agustus 2010

BACA JUGA: Pertamina Siapkan Rp 2,2 Triliun



Lembaga riset pertekstilan nasional, Indotextiles, menduga sebagian besar kontainer berisi garmen itu berasal dari Tiongkok
"Selama ini, mereka bisa masuk karena pengawasan di pelabuhan sangat minim," kata Direktur Eksekutif Indotextiles Redma Gita Wirawasta kemarin (1/7)

BACA JUGA: Subsidi Elpiji Dicabut, Pertamina Rugi Rp 3 Triliun

Menurut Redma, volume garmen yang sebagian besar disinyalir ilegal tersebut mencapai 25 ribu ton senilai USD 30 juta"Jika volumenya sebesar itu, artinya kontainer-kontainer tersebut berukuran sekitar 40 feet yang berisi antara 40-50 ton garmen per kontainer," ujarnya

Redma mengatakan, Indonesia masih menjadi sasaran empuk produk garmen ilegal dari negara manapunHal tersebut diakibatkan tingginya permintaan pasar menjelang hari rayaSementara implemetasi ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dirasa belum menjadi solusi untuk hal ini"Justru, penyelundupan masih bisa tumbuh subur mengingat bea masuk (BM) produk garmen pada tahun ini masih sekitar 15 persen dan baru akan dihapuskan secara bertahap pada 2012 dan 2015," tuturnya

Masih tingginya bea masuk produk garmen menyebabkan modus penyelundupan biasanya menggunakan underinvoice (pemalsuan nomor pos tarif/HS) sehingga importir tidak membayar bea masuk"Untuk meminimalisir kejadian itu, kami mendesak agar pemerintah membuat peraturan khusus yakni produk manufaktur yang dapat fasilitas BM 0 persen agar masuk jalur merah," kata RedmaDengan masuk ke jalur merah, seluruh produk manufaktur yang mendapatkan fasilitas tersebut akan lebih dahulu mendapatkan pemeriksaan ketat petugas sehingga potensi maraknya kasus pemalsuan nomor pos tarif bisa diperkecil

Redma juga meminta aparat Bea dan Cukai lebih serius membendung produk garmen ilegal agar kinerja industri garmen di dalam negeri bisa lebih bersaingMasuknya 500 kontainer garmen tersebut akan tercatat sebagai yang terbesar sepanjang lima tahun terakhir"Industri garmen akan terpukulTidak ada jalan lain bagi pemerintah memperketat pengawasan barang mengingat setiap Agustus pasti akan terjadi lonjakan impor pakaian jadi," tutur RedmaDia memperkirakan, impor illegal TPT pada akhir tahun ini melonjak dua kali lipat dibandingkan tahun lalu yang mencapai USD 2,419 miliar dari total omzet sebesar USD 7,56 miliar       

Kementrian Perindustrian berusaha tanggap untuk menghadapi ancaman serbuan garmen illegal tersebut dengan cara berkoordinasi dengan Bea dan Cukai"Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kementerian Perindustrian meminta agar aparat Bea dan Cukai menindaklanjuti dugaan tersebut dan segera mengusut indikasi masuknya impor ilegal TPTKalau dibiarkan, industri TPT kita tak akan bisa bertahan," ujar Direktur Industri TPT Kementrian Perindustrian Aryanto Sagala

Aryanto mengatakan, pemerintah sudah punya instrumen menangkal masuknya produk ilegalMaka diharapan instrumen tersebut bisa bekerja optimal pada saat ini karena pasar Indonesia rawan disusupi produk illegal"Bukan hanya TPT tapi juga produk lain seperti makanan dan minuman," ucapnya.(gen/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bangun Pusat Industri Film


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler