BACA JUGA: Menikmati Shisha di Nobar
Setelah tiga pekan, baru kami bisa jalan bersama lagiBACA JUGA: Huntelaar Minta Maaf ke Milanisti
Jaraknya kurang lebih 330 km dari Johannesburg.Nelspruit menjadi pilihan liputan karena kami ingin melihat suasana kota berpenduduk sekitar 222 ribu orang itu setelah kehabisan jatah pertandingan Piala Dunia
Kami menyewa sebuah mobil van atau minibus angkutan umum Afsel (khumbi) ke Nelspruit
BACA JUGA: Dukung Brazil dengan Gamborin
Untuk lebih menghemat biaya karena harus menginap di semacam vila dan menggenapi kapasitas 7-8 orang di dalam khumbi, kami mengajak tiga teman wartawan Indonesia lainnyaPlus, supir orang asli Afsel bernama David MugebeAgar bisa menjangkau banyak lokasi, kami berangkat dari Johannesburg pukul tujuh pagi.Ketika David menjemput kami, saya sempat sewot dengan kondisi mobil yang dibawanyaYa, Khumbi yang kata David milik kakaknya itu memang buatan produsen mobil ternama asal JermanTapi, usia produksinya sudah hampir dua dekade silamSuaranya pun berisik seperti suara perahu saat berangkat berlayar.
Benar saja, selama perjalanan, laju khumbi hanya mentok di kisaran 80-90 kmDalam hati saya berkata, kapan sampainya ke Nelspruit kalau jalannya khumbi sama dengan kecepatan motor di jalanan SurabayaSaya yakin jika mobil dalam kondisi lebih baik, jarak Johannesburg ke Nelspruit, yang kata David bakal ditempuh 4-5 jam, bisa dilahap hanya dengan 3-4 jam.
Tidak hanya ituKhumbi harus sesekali menepi ke POM Bensin karena David kerap kesulitan men-starter kendaraan selepas berhentiSelama perjalanan, saya dan rombongan memang terkadang meminta berhenti apabila melihat obyek menarik untuk dijepret dari kamera yang dibawa masing-masing.
Ketika perjalanan memasuki sepertiga terakhir, khumbi David mulai rewelTerutama saat memasuki jalan-jalan menanjakPraktis, POM bensin kerap kami kunjungiIseng-iseng, saya menghitung sudah tujuh kali kami harus ??pit stop? di POM bensinSampai akhirnya di POM bensin kedelapan, khumbi David tidak bisa di-starter lagiPadahal, saya dan lima penumpang lainnya dibuat berkeringat mendorong mobil berbobot kurang lebih satu ton tersebut.
Kendati David sudah diberi banyak waktu untuk memperbaiki sembari kami tinggal makan sore, khumbi tetap tidak bisa menyala lagiBerhubung hari mulai gelap serta demi ibadah dan keamanan, saya dan rombongan menuju Masjid White RiverTidak ada nama khusus di masjid ituKarena satu-satunya masjid di White River, maka namanya Masjid White River.
Seusai beribadah pun, khumbi tidak memberikan kabar gembiraSaya bingung bagaimana mencari kendaraan pengganti untuk menuju vilaDi tengah kebingungan itu, seorang ustadz masjid bernama Muhammad Gardee mendatangi saya dan menanyakan apa masalah yang saya hadapiKetika saya memberi penjelasan, Gardee memberikan opsi.
"Masjid akan ditutup untuk umum setelah IsyaKalian tidak bisa tidur di dalam masjidKalau mau, kalian boleh tidur di ruangan di belakang masjidTapi, petugas pembawa kunci baru datang pukul delapan pagi keesokan harinya," papar pria berjenggot panjang itu.
Tentu saja, saya tidak bisa menunggu sampai besok pagiSaya lalu meminta tolong kepadanya apakah bisa mengantarkan saya dan rombongan ke vila yang sudah kami bookingGardee ternyata tidak keberatanNamun, konsekuensinya, saya dan rombongan naik mobil bak terbuka (mobil pick-up) yang biasa digunakannya sehari-hari untuk mengangkut sayur atau hasil ternak ke pasar.
"Saya tidak punya sedan dan hanya memiliki mobil iniKalau tidak keberatan, saya bisa mengantar kalian," ucap GardeeMau tidak mau, kami harus berangkat menuju vila dengan kedinginan di atas mobil bak terbukaUntung saja, selain jarak menuju vila tidak terlalu jauh, rasa malu tidak ada lagi mengingat jalanan sepi dan tidak ada seorang pun yang berlalu lalang sepanjang perjalananOooalah(*/ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesta Spanyol di Mal Elit
Redaktur : Tim Redaksi