jpnn.com, MALANG - Tol Malang - Pandaan (Mapan) diyakini bakal menjadi solusi kemacetan lalu lintas yang selama ini sudah menjadi problem akut di wilayah Malang Raya. Namun, bayangan ketidaksiapan infrastruktur jalan penunjang dikhawatirkan titik-titik kemacetan hanya akan pindah lokasinya saja.
Antara harapan dan kekhawatiran jelang pengoperasian tol Mapan inilah yang akan dikupas tuntas dalam One Day Seminar yang digelar Jawa Pos Radar Malang di Guest House UB, Selasa (23/4). Mengangkat tema ”Tol Mapan (Malang–Pandaan): Solusi Baru, Harapan Baru, atau Masalah Baru?”, dua pemateri berkompeten dihadirkan di event ini.
BACA JUGA: Jalur Tol Malang â Pandaan Akhirnya Digeser, Berapa Meter? Rugi Rp 450 M
Mereka adalah Drs Kresyana Yahya MSc, pakar statistik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Prof Dr Bambang Supriyono MS, pakar kebijakan publik sekaligus dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
”Dua pembicara ini akan mengupas dan menganalisis seputar potensi yang menguntungkan serta potensi masalah yang ditimbulkan tol Mapan,” ujar Pemred Jawa Pos Radar Malang Mardi Sampurno.
BACA JUGA: Ganti Rugi Lahan Tol Malang â Pandaan, Warga Minta Rp 25 Juta per Meter
Dia menjelaskan, seminar ini bertujuan untuk membahas masa depan Malang Raya setelah tol Mapan dioperasikan. Termasuk mengulas kompleksitas persoalan yang muncul dan bagaimana para stakeholder menghadapinya.
BACA JUGA: Pengoperasian Tol Malang - Pandaan Dipercepat, Wouw!
BACA JUGA: Tol Pandaan - Malang Seksi 1 â 3 Beroperasi Mei 2019
”Jika tidak segera dipikirkan dan dicarikan solusinya, keberadaan tol Mapan ini justru akan menjadi kurang bermakna,” terang Mardi.
Keberadaan tol Mapan sendiri merupakan program pemerintah untuk memperlancar arus lalu lintas serta arus kunjungan wisatawan ke Malang Raya. Keberadaan tol diharapkan menjadi solusi atas kemacetan yang selama ini terjadi di ruas jalan Surabaya menuju Kota Malang.
”Namun, ada berbagai perkiraan masalah yang akan muncul. Salah satunya seperti ruas jalan di Kota Malang yang dianggap belum memadai,” tambahnya.
Menurut Mardi, permasalahan muncul ketika arus kendaraan dari luar kota ke Malang Raya meningkat tajam setelah dibukanya tol Mapan. Hal itu diperkirakan akan memicu penumpukan kendaraan di sejumlah ruas jalan menuju Kota Malang maupun Kota Batu.
”Semakin tidak memungkinkannya perbandingan luas jalan dengan jumlah pendatang, akan terjadi kemacetan yang sulit untuk diantisipasi,” paparnya.
Apalagi ruas jalan milik provinsi yang belum berubah selama 20 tahun terakhir ini. Sementara upaya pemerintah tiga daerah, Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang dalam pembangunan infrastruktur jalan, baik berupa pelebaran maupun pembangunan jalan baru, masih belum begitu terlihat.
Karena itu, kekhawatiran kemacetan masih terjadi pasca tol Mapan beroperasi masih sangat mungkin terjadi.
Selain menghadirkan pembicara yang kompeten, rencananya seminar ini juga akan dihadiri tiga kepala daerah di Malang Raya.
”Kami undang semua stakeholder yang berkaitan dengan tol Mapan ini. Mulai dari pemerintah daerah, akademisi, tokoh masyarakat, swasta, dan perempuan,” ujar pria yang akrab disapa Sam ini.
Kehadiran seluruh stakeholder tersebut diharapkan mampu mengenali masalah dan menemukan solusinya. Pemerintah dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi untuk menemukan alternatif.
Sementara pihak swasta dan masyarakat bisa melakukan persiapan guna menghadapi berbagai kemungkinan masalah yang muncul. (nr2/c2/nay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengoperasian Tol Malang - Pandaan Dipercepat, Wouw!
Redaktur & Reporter : Soetomo