jpnn.com - JAKARTA - Pendalaman pasar keuangan yang digagas Bank Indonesia tak lantas bebas dari risiko pemain pasar valuta asing (foreign exchange/forex) nakal. Lantaran itu, otoritas moneter mengingatkan pelaku pasar untuk mematuhi market code of conduct (CoC).
Itu adalah panduan berperilaku bagi setiap pelaku pasar dalam bertransaksi di pasar keuangan domestik.
BACA JUGA: Harga Daging Masih Stabil
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, adanya risiko misconduct akan membahayakan kredibilitas pasar keuangan Indonesia. Karena itu, kata Agus, pihaknya tak akan segan untuk menindak pelaku pasar yang tidak tertib."
"Komite akan terus mengawasi. Kalau ada yang tidak betul, kami akan lakukan review. Jangan sampai kepercayaan rusak gara-gara satu-dua pemain yang tidak menjaga profesional," kata Agus sebelum menerima secara simbolis Market CoC dari Indonesia Foreign Exchange Market Committee (Indonesia FEMC) di Gedung BI, Jakarta kemarin (26/5).
BACA JUGA: SBR Hanya Laku Rp 2,3 Triliun
Selain kepada Gubernur BI, Market CoC tersebut juga diserahkan kepada Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida.
CoC bertujuan mengatur perilaku serta meningkatkan disiplin dan integritas pelaku pasar. Cakupan CoC antara lain manajemen senior, manajemen, dan dealers yang terlibat transaksi keuangan secara langsung dan harian.
BACA JUGA: Punya Pabrik Propelan Bisa Hemat Anggaran Rp 1 Triliun
Acuan itu juga memberikan landasan tentang bagaimana pelaku pasar berperilaku terutama yang bersifat over the counter (OTC/di luar bursa) yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebiasaan yang berlaku di pasar keuangan internasional.
"Kami berharap 70 bank devisa di Indonesia mengawal Market CoC ini debagai global best practice," katanya.
Saat ini, pasar keuangan di Indonesia dinilai masih dangkal. Volume transaksi valuta asing (valas) di Indonesia hanya USD 5 miliar per hari. Angka tersebut hanya setengah dari transaksi valas di Malaysia dan Thailand. Apalagi jika dibandingkan dengan transaksi valas Singapura yang mencapai USD 230 miliar per hari.
"Indonesia FEMC sekarang fokus untuk tingkatkan transaksi forex. Karena yang paling strategis untuk peningkatan perekonomian," ungkap Chairman Indonesia FEMC Panji Irawan.
Head of Treasury PT Bank Central Asia Tbk Branko Windoe menilai kondisi likuiditas valas antarbank saat ini sudah seimbang. Hal itu terlihat dari nilai tukar rupiah yang cenderung bertahan di kisaran Rp 11.400 hingga Rp 11.600 per USD.
Dengan demikian gejolak di pasar valas tidak begitu besar. "Kalau ada gejolak besar baik ke atas atau ke bawah, artinya ada yang tidak seimbang. Kondisi itu yang kami antisipasi," ujarnya. (gal/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bangun Pabrik Baru, Semen Indonesia Gelontorkan Dana Rp 3,25 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi