BACA JUGA: Mandiri Siap Akuisisi Asuransi Umum
Tingkat inflasi yang mulai melandai membuat BI berani melonggarkan kebijakan moneternya."Ini sinyal agar ekonomi ke depan lebih seimbang," kata Deputi Gubernur BI Hartadi A
BACA JUGA: Kiat CEO Mobil AS Tarik Simpati Kongres
BI akan terus mengevaluasi situasi ekonomi setiap bulan, sehingga penurunan suku bunga dilakukan bertahapBank sentral juga sudah tidak khawatir penurunan BI rate bakal melemahkan nilai tukar rupiah
BACA JUGA: Industri Furniture Rugi Rp 1,8 Triliun
Hartadi mengatakan, pada situasi normal, selisih bunga BI rate dengan suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund rate) memang menjadi indikator aliran modal"Namun, sekarang situasinya tidak normalDipasang 15 persen pun belum tentu menaikkan nilai tukar," kata Hartadi.Apalagi, aliran modal keluar sudah cukup banyak sehingga memasuki titik jenuhBI rate pada Januari 2008 berada pada posisi 8,00 persen dan bertahan hingga AprilMulai Mei hingga Oktober, BI menaikkan bertahap 25 bps hingga ke level 9,5 persen.
Untuk mengatasi permasalahan segmentasi di Pasar Uang Antarbank (PUAB), BI juga menurunkan bunga fasilitas pinjaman harian (overnight) melalui transaksi repoYakni, dari BI rate plus 100 bps menjadi BI rate plus 50 bpsOtoritas moneter itu juga menyesuaikan FASBI rate dari semula BI rate minus 100 bps menjadi BI rate minus 50 bps.
Hartadi mengatakan, BI rate dan repo rate merupakan instrumen yang sangat memengaruhi kondisi likuiditas di pasarBI berkepentingan menjaga likuiditas perbankan agar penyaluran kredit, terutama yang telah dikomitmenkan, berjalan lancarDi tengah ketatnya likuiditas, instrumen pinjaman ke BI melalui repo diharapkan menjadi andalanTerutama bagi bank kecil yang makin sulit mendapatkan pinjaman dari interbank untuk memenuhi penyaluran kreditnya.
"Kalau ada bank kecil mengalami kesulitan likuiditas, padahal sudah ada komitmen kredit, kita akan kerepotanDengan likuiditas ketat dan belum normal, BI membuka discount rate (repo)," kata HartadiPenurunan BI rate dan suku bunga repo, selain memengaruhi indikator makroekonomi, juga menjaga agar likuiditas bank tetap terjaga
Kalangan banker menyambut positif keputusan bank sentral tersebut"Ya, jelas secara umum kita memang menginginkan BI rate bisa turun," ujar Dirut BNI Gatot MSuwondo kemarin (4/12)Dia menuturkan, penurunan BI rate memberi stimulan positif bagi perekonomianBunga kredit diharapkan terkoreksi, yang muaranya bisa menggerakkan dunia usaha.
Menurut dia, bunga yang tinggi membuat bank harus berpikir ulang dan cenderung konservatif dalam menyalurkan kreditHal itu dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan debitor dalam membayar kembali kreditnya di tengah situasi pasar yang memburuk(sof/eri/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... OTP Haji 91,42 Persen
Redaktur : Tim Redaksi