Industri Furniture Rugi Rp 1,8 Triliun

Kamis, 04 Desember 2008 – 08:22 WIB
JAKARTA - Industri furniture nasional ikut terimbas krisis finansial globalHingga saat ini setidaknya telah ada 30 perusahaan furniture nasional yang terancam merugi hingga USD 150 juta (sekitar Rp 1,8 triliun)

BACA JUGA: OTP Haji 91,42 Persen



"Potensi kerugian akibat pembatalan dan penundaan ekspor selama krisis finansial global ini sekitar USD 150 juta," ujar Ambar Tjahyono, ketua umum Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), di Gedung Departemen Perindustrian, Rabu (3/12)


Dia merinci, terdapat 10 perusahaan furniture yang kontrak ekspornya batal senilai USD 80 juta dan 20 perusahaan lainnya kontraknya ditunda senilai USD 70 juta

BACA JUGA: 9 Juta NPWP Aktif, 10 Juta Tak Jelas



Ambar mengatakan, pembatalan dan penundaan kontrak ekspor itu sebagian besar dilakukan oleh pembeli asing, terutama dari Amerika Serikat dan Eropa
Padahal, menurut dia, Amerika Serikat dan Eropa merupakan pasar tradisional yang sangat potensial karena selama ini menyumbangkan sekitar 30 persen dari total ekspor furniture nasional

BACA JUGA: Unilever Bangun Pabrik Rp 500 M



"Tahun lalu ekspore funitur dan kerajinan nasional mencapai USD 2,6 miliar," lanjutnya

Dengan prediksi seperti itu, laju pertumbuhan ekspor sektor furniture dan kerajinan nasional pada tahun ini diperkirakan melambat dibanding dua tahun sebelumnyaPada tahun 2007, ekspor furniture dan kerajinan tumbuh 9 persen dibandingkan tahun 2006Rinciannya USD 2 miliar untuk ekspor furnitur dan USD 600 juta untuk ekspor kerajinan"Jika kondisinya seperti ini maka bisa mengancam kinerja produksi furnitur nasional," ungkapnya

Dia menerangkan, pada semester pertama 2008, ekspor furniture dan kerajinan masih cukup baik, bahkan bisa mencapai pertumbuhan 6,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnyaTapi situasi berubah di semester kedua 2008Penurunan ekspor mulai terjadi sehingga diperkirakan pertumbuhannnya tidak setinggi tahun lalu"Kita perkirakan hingga akhir 2008 ekspor furniture dan kerajinan nasional hanya akan naik enam persen dibanding tahun lalu," cetusnya

Jika produksi menurun, dia khawatir akan terjadi potensi pemutusan hubungan kerja (PHK)Terlebih lagi, perusahaan furnitur yang mengekspor produknya ke Amerika Serikat dan Eropa termasuk kategori skala besar dengan tenaga kerja sekitar 500-1.000 orangJika itu terjadi penganguran akan semakin bertambah"Total jumlah pekerja industri furnitur dan kerajinan saat ini diperkirakan mencapai 11 juta tenaga kerja langsung dan tidak langsung," ucapnya

Dirjen Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian, Benny Wachjudi mengakui, jika ekpansi ekspor mulai menurun maka kinerja produksi industri furnitur nasional bisa terganggu "Penyebabnya, pasokan bahan baku yang masih belum stabil serta adanya dampak krisis keuangan global yang melanda hamper seluruh negeri." Ujarnya(wir/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Investasi Saham Blue Chip, Jamsostek Siapkan Rp 1 T


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler