BI Prediksi Pertumbuhan Kredit Sulit Double Digit

Kamis, 17 Agustus 2017 – 08:14 WIB
Bank Indonesia. Foto: Jawa Pos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki proyeksi berbeda tentang pertumbuhan kredit perbakan pada tahun ini.

BI memproyeksikan pertumbuhan kredit mencapai 10-12 persen.

BACA JUGA: Suku Bunga Bank Masih Bisa Turun

Sementara itu, OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit 9–12 persen.

Namun, tampaknya, BI mulai konservatif. Gubernur BI Agus Martowardojo menilai pertumbuhan kredit sulit menembus double-digit tahun ini.

BACA JUGA: Surplus Neraca Dagang Turun, Defisit Transaksi Melebar

’’Pertumbuhan kredit mungkin akan single-digit,’’ katanya setelah pembacaan pidato presiden dalam rangka penyampaian RAPBN 2018 di gedung DPR, Rabu (16/8).

Salah satu pemicunya adalah kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit karena fokus melakukan penyehatan.

BACA JUGA: Perbankan Indonesia Gencarkan Ekspansi ke Luar Negeri

Penyebab lainnya adalah bunga simpanan yang turun lebih cepat jika dibandingkan dengan bunga kredit.

Secara akumulasi, mulai Januari 2016 hingga Mei 2017, bunga kredit turun 106 basis points (bps) dan bunga deposito turun 143 bps.

Penurunan bunga kredit yang lebih pelan itu terjadi karena bank sedang melakukan konsolidasi.

’’Mereka (perbankan, Red) masih berhati-hati dan bersiap-siap menunggu keputusan OJK. Apakah relaksasi restrukturisasi kredit satu pilar akan dilanjutkan atau tidak? Soalnya, kalau tidak dilanjutkan, mereka (perbankan) juga bisa kena dampaknya,’’ terang Agus.

OJK memang masih mengkaji perpanjangan relaksasi restrukturisasi kredit satu pilar yang tenggat waktunya berakhir pada 24 Agustus 2017.

Hingga Juni lalu, pertumbuhan kredit mencapai 7,6 persen (yoy).

Agus mengakui, pertumbuhan kredit belum menggembirakan karena masih single-digit.

Meski demikian, mantan Dirut Bank Mandiri tersebut meyakini bahwa pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai double-digit.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menilai perbankan masih gencar melakukan restrukturisasi dan penekanan biaya operasional.

Kredit macet diatasi dengan hapus buku (write off). Namun, penagihan tetap dilakukan.

’’Pembukuannya (kredit macet, Red) menjadi off balance sheet sehingga penyaluran kredit tampaknya turun. Sepanjang tahun ini, ada Rp 26 triliun yang sudah dihapus buku,’’ katanya.

Rata-rata suku bunga kredit perbankan masih mencapai 11,77 persen. Wimboh yakin suku bunga kredit tahun ini bisa turun hingga single-digit.

Alasannya, inflasi terjaga cukup rendah dan perbankan melakukan segmentasi kredit yang baik.

Karena suku bunga rendah, pertumbuhan kredit diprediksi mencapai sebelas persen tahun ini.

Pengamat perbankan Paul Sutaryono menilai perbedaan pandangan tersebut timbul karena BI melihat dari sisi moneter dan makroprudensial.

Sementara itu, OJK melihat dari sisi mikroprudensial. Paul sendiri optimistis kredit dapat tumbuh dua digit.

’’Syaratnya, APBN-P 2017 dijadikan amunisi untuk menggairahkan sektor riil. Sebab, anggaran pemerintah yang diparkir di perbankan ada Rp 222 triliun, belum lagi dana desa Rp 60 triliun. Itu semua bisa menjadi penyelamat ekonomi nasional,’’ tuturnya.

Bank juga harus rajin mengucurkan kredit ke sektor produktif.

Di antaranya, proyek infrastruktur, manufaktur, perdagangan, dan pertanian.

Jika permintaan kredit masih rendah, Paul menilai hal itu wajar karena perekonomian tumbuh stagnan. (rin/c18/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KRI Teluk Sabang Dukung Tim Ekspedisi Kas Kepulauan Bank Indonesia


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler