Suku Bunga Bank Masih Bisa Turun

Selasa, 15 Agustus 2017 – 06:20 WIB
Bank Indonesia. Foto: dokumen Indopos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI-7DRRR) sebesar 4,75 persen.

Sementara itu, suku bunga deposit facility empat persen dan lending facility 5,5 persen.

BACA JUGA: Surplus Neraca Dagang Turun, Defisit Transaksi Melebar

Dengan operasi moneter itu, penurunan suku bunga kredit sepanjang tahun berjalan baru sebesar 27 basis points (bps).

Dengan demikian, rata-rata bunga kredit saat ini masih double digit di 11,77 persen.

BACA JUGA: KRI Teluk Sabang Dukung Tim Ekspedisi Kas Kepulauan Bank Indonesia

Meski angka tersebut merupakan suku bunga terendah dalam satu dekade terakhir, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan suku bunga tertinggi di Asia Tenggara.

CEO Citibank NA Indonesia Batara Sianturi menyatakan, BI masih punya peluang untuk kembali melonggarkan kebijakan moneternya.

BACA JUGA: BI Sudah Siapkan Aggaran Redenominasi sejak Pemerintahan SBY

’’Ini yang sejak beberapa waktu banyak dibahas, bahwa suku bunga masih bisa turun. Kami lihat inflasi terjaga dan masih sesuai dengan ekspektasi,” katanya saat paparan kinerja Citibank, Senin (14/8).

Kendati pertumbuhan ekonomi kuartal kedua hanya 5,01 persen, Batara tetap optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di kisaran 5,1–5,2 persen. Permintaan kredit masih bisa tumbuh meski kemungkinan single digit.

Untuk mendongkrak permintaan kredit, perlu pelonggaran kebijakan oleh regulator.

Dengan demikian, apabila bunga bisa lebih rendah, industri akan tumbuh dan akselerasi pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi.

Menko Perekonomian Darmin Nasution menambahkan, BI sebaiknya mempertimbangkan masak-masak soal penurunan suku bunga acuan.

Beberapa faktor masih perlu diperhatikan. Di antaranya, rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS serta faktor geopolitik AS-Korut dan Timur Tengah.

Sementara itu, di dalam negeri, ruang penurunan suku bunga acuan bergantung bagaimana indikator-indikator ekonomi bergerak.

’’Bagaimana nanti ke depannya, itu bergantung BI sebetulnya. Nyalinya bagaimana,” ujarnya.

Penyaluran kredit pada semester pertama lalu hanya tumbuh 7,6 persen secara year on year (yoy).

Angka tersebut melambat dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar 8,5 persen.

Jika suku bunga diturunkan, lanjut Darmin, akses kredit kepada masyarakat kecil akan lebih luas sehingga mampu berkontribusi pada pertumbuhan kredit secara total.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengungkapkan, rapat dewan gubernur BI akan dilakukan pada 21–22 Agustus.

BI akan melihat bagaimana indikator-indikator ekonomi serta tantangan yang ada, baik dari internal maupun eksternal.

’’Kami sekarang sedang hitung di dalam negeri kondisinya bagaimana, dan memang kami harus lihat datanya. Kalau misalnya inflasi terkendali, kemudian rupiah juga terjaga, ekonomi domestiknya baik, itu (penurunan suku bunga acuan, Red) pasti akan dilakukan,” urainya. (rin/c17/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mampukah Indonesia Ikuti Sukses Redenominasi Turki?


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler