jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi pada Mei 2017 mencapai 0,27 persen (month-to-month/mtm).
Sementara itu, secara year-on-year (yoy), inflasi diperkirakan mencapai 4,21 persen.
BACA JUGA: Ramadan Tiba, Harga Bahan Makanan Diprediksi Naik 15 Persen
Pada April 2017, inflasi secara mtm tercatat 0,09 persen dan secara year-to-date (ytd) 1,28 persen.
Jika dihitung secara tahunan, inflasi pada April lalu mencapai 4,17 persen.
BACA JUGA: Bunga Murah Dongkrak Transaksi Kartu Kredit
Kenaikan inflasi yang sudah diperkirakan tersebut dipicu kenaikan permintaan barang seiring datangnya Ramadan.
Pada saat Ramadan, permintaan bahan pangan bergejolak atau volatile food memang selalu meningkat dibanding bulan-bulan lainnya.
BACA JUGA: Perusahaan Startup Sering Terkendala Sistem Pembayaran
”Yang harus diwaspadai, ini mau memasuki bulan puasa dan ini bisa mengakibatkan tekanan harga,” kata Gubernur BI Agus D. W. Martowadojo di Jakarta, Jumat (12/5).
Beberapa komoditas yang diperkirakan mengalami kenaikan harga, antara lain, bawang putih, daging ayam, dan telur ayam.
Selain komoditas-komoditas itu, kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) akibat penyesuaian harga akan memengaruhi tekanan inflasi.
Namun, inflasi masih tertahan beberapa komoditas yang akan menyumbang deflasi, yakni cabai merah dan bawang merah.
”Inflasi masih akan sesuai dengan sasaran BI. Hingga akhir tahun, sasarannya empat plus minus satu persen (3–5 persen),” lanjutnya.
BI, terang Agus, terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam memantau harga.
Menurut dia, antisipasi kenaikan harga menjelang Ramadan dan Idul Fitri dijalankan dengan lebih baik.
BI juga selalu berkoordinasi dengan pemerintah mengenai kapan waktu yang tepat dalam menentukan penyesuaian harga komponen barang yang diatur pemerintah (administered price).
BI telah merilis hasil survei penjualan eceran. Hasilnya, BI mengindikasikan tekanan harga pada Juni 2017 akan meningkat.
Indeks ekspektasi harga umum (IEH) naik menjadi 149,7. Angka tersebut lebih tinggi daripada bulan sebelumnya yang sebesar 140,4.
Sementara itu, indeks ekspektasi penjualan pada Juni 2017 diindikasikan mencapai 154,3 atau lebih tinggi daripada bulan sebelumnya yang sebesar 134,8.
Hal tersebut menunjukkan ekspektasi pedagang akan adanya peningkatan penjualan saat Ramadan dan Idul Fitri pada Juni.
Di sisi lain, tekanan kenaikan harga pada September 2017 diperkirakan menurun dengan nilai IEH 130,3 atau lebih rendah daripada 131,3 pada bulan sebelumnya.
”Akan kami pantau terus bagaimana pergerakan harga. Terutama menjelang waktu permintaan selalu meningkat,” tegas Agus. (rin/c24/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank Mega Kucuri Andalan Finance Rp 500 Miliar
Redaktur & Reporter : Ragil