BI Sampaikan Tantangan Pelik Indonesia, Ada Risiko Ekonomi Morat-marit

Rabu, 13 Juli 2022 – 14:22 WIB
BI mengatakan saat ini pihaknya tengah berjuang untuk menekan risiko guncangan stabilitas ekonomi. Ilustrasi kemiskinan: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengingatkan pemerintah tentang risiko stagflasi yang bisa menyebabkan guncangan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Solikin Juhro mengatakan saat ini pihaknya tengah berjuang untuk menekan risiko itu.

BACA JUGA: Kondisi Ekonomi Global Bikin Khawatir, Investor Wajib Lihat Analisis Ini!

Adapun stagflasi ekonomi adalah periode ketika inflasi dan konstraksi terjadi secara bersamaan.

Risiko stagflasi diperkirakan bervariasi antar-negara di dunia, sehingga risiko tersebut perlu dicermati lebih lanjut.

BACA JUGA: BI Pasang Kuda-Kuda, Suku Bunga Acuan Siap Digenjot?

"Sebab, kebijakan moneter beberapa negara besar yang lebih agresif yang berpotensi meningkatkan ketidakstabilan ekonomi global," kata Solikin dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia 2022 bertajuk "Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery" di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (13/7).

Solikin melihat ada krisis yang berkepanjangan dan menular.

BACA JUGA: Kabar Terkini dari BI soal Rupiah Digital, Ada Angin Segar nih!

Menurutnya, jika sebuah negara tidak bisa bersungguh-sungguh menangani hal tersebut dengan benar akan ada risiko yang akan terjadi untuk krisis berikutnya.

Usai beberapa negara mengangkat tangan dari pandemi Covid-19 yang sudah melandai, muncul berbagai konflik baru seperti geopolitik hingga proteksionisme.

Namun, berbagai konflik tersebut tidak bisa diatasi sebuah negara sendirian.

"Kita tidak bisa bekerja sendiri. Kita harus memiliki sinergi kebijakan yang lebih kuat, tidak hanya secara nasional, tetapi juga di tingkat internasional," ucap dia.

Solikin mengakui tantangan ekonomi pelik karena berbagai hal yang dihadapi Indonesia.

Dia menegaskan bank sentral tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan suku bunga acuan. Instrumen lain pun turut dikerahkan sebagai bauran kebijakan BI.

Untuk kebijakan moneter akan diarahkan kepada stabilitas ekonomi pada 2022, sedangkan sisanya seperti kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, dan lainnya akan tetap berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi.

"Maka, inilah yang kami miliki dan kami akan kemudian menjadi bank sentral yang relevan untuk menghadapi segala macam tantangan yang kompleks," jelas Solikin.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
BI   Ekonomi   Ekonomi global   G20   resesi   krisis  

Terpopuler