BI Siap Intervensi Pasar Demi Jaga Rupiah

Jumat, 18 November 2016 – 13:46 WIB
BI. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Bank Indonesia (BI) meyakini, fundamental perekonomian Indonesia tidak terganggu efek negatif terpilihnya Donald Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat.

Buktinya, BI mempertahankan suku bunga acuan 7 days (reverse) repo rate di level 4,75 persen, deposit facility (4 persen), dan lending facility (5,5 persen).

BACA JUGA: Pengakuan Transaksi Crossing Saham Masih Minim

Gubernur BI Agus D. W. Martowardojo menyatakan, tekanan pada rupiah memang terjadi sejak 8 November.

Hingga 16 November, rupiah terdepresiasi 2,53 persen. Kurs tengah BI kemarin ditutup Rp 13.385 per USD.

BACA JUGA: Kasus Pajak, Kini Giliran Nasionalisme Pengusaha Besar Dipertanyakan

Padahal, selama kuartal III, nilai tukar rupiah menguat 1,39 persen. Sementara itu, selama Oktober 2016, penguatan rupiah 0,17 persen.

Menurut Agus, rupiah yang keok pada November ini lebih disebabkan faktor global. Yakni, ketidakpastian akibat Trump Effect.

BACA JUGA: Perum Perindo Mulai Ekspor Ikan dari Bitung dan Maumere

Agus mengakui, dunia khawatir dengan janji proteksionisme Trump serta secondhand effect yang ditularkan Tiongkok.

Bila impor AS dibatasi, volume perdagangan dikhawatirkan menurun. Alasannya, ekspor Indonesia ke AS sekitar sebelas persen dari total ekspor.

Ketidakpastian itu membuat aliran dana keluar (capital outflow) meningkat.

Meski demikian, Agus menegaskan, BI tidak perlu terlalu dalam masuk ke pasar. BI siap melakukan pembelian kembali (buyback) surat berharga negara (SBN) untuk mengatasi melemahnya rupiah.

Namun, Agus tidak bersedia membeberkan kemampuan serapan SBN dan uang yang dikeluarkan BI untuk melakukan intervensi pasar.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menilai, pasar valas di Indonesia masih belum terlalu dalam.

Karena itu, intervensi yang dilakukan BI di pasar keuangan tidak perlu banyak-banyak.

”Di samping itu, fundamental kita memang masih cukup baik,” paparnya. 

Dengan cadangan devisa USD 115 miliar, inflasi 3,31 persen, surplus neraca pembayaran USD 5,7 miliar, serta current account deficit (CAD) yang hanya 1,83 persen, Mirza yakin ekonomi Indonesia masih cukup baik.

Pertumbuhan ekonomi 5,02 persen juga diyakini masih akan meningkat.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, BI memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi 2017 dari 5,1–5,5 persen menjadi 5–5,4 persen.

”Sebab, proyeksi pertumbuhan ekonomi global juga terkoreksi dari 3,2 persen menjadi tiga persen. Kalau kuartal IV 2016, Indonesia kami proyeksikan lima persen,” ujarnya.  (rin/ken/c21/noe/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Industri Granit Tertekan Impor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler