jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia ternyata sudah menggelontorkan dana sekitar Rp 300 triliun sepanjang tahun ini, dalam intervensi pasar guna menguatkan nilai tukar rupiah dari tekanan dolar AS, imbas pandemi global virus corona (covid-19).
Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam pernyataan resmi mengatakan intervensi nilai tukar rupiah dilakukan di pasar spot, kemudian di pasar sekunder untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN), yang dilepas investor asing, dan intervensi di pasar Domestik NDF
BACA JUGA: Warning! Rupiah Berpotensi Lampaui Krisis 1998
"Kami terus melakukan injeksi likuiditas baik rupiah dan valas, untuk injeksi likuditas kami laporkan tahun ini sudah injeksi rupiah hampir Rp 300 triliun," kata Perry.
Injeksi likuiditas itu antara lain dengan pembelian SBN di pasar sekunder mencapai Rp163 triliun, yang telah dilepas investor asing.
BACA JUGA: Rupiah Ambyar, Bamsoet Minta Masyarakat Tidak Panik
Kemudian, BI mengubah Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah atau batas pencadangan kas bank mencapai Rp 51 triliun sejak awal tahun.
Selain itu, BI juga melonggarkan lagi GWM rupiah dengan tambahan likuiditas mencapai Rp 23 triliun dan GWM valas dengan nilai suntikan dana 3,2 miliar dolar AS.
BACA JUGA: Rupiah Anjlok, Pak Jokowi Punya Permintaan untuk BI, OJK dan LPS
Perry mengatakan langkah itu dilakukan karena aliran modal asing (capital outflow) yang keluar dari Indonesia terus meningkat akibat tekanan ekonomi global.
Dari Januari hingga Kamis (19/3) kemarin, arus modal keluar mencapai Rp 105,1 triliun secara neto.
Selain intervensi pasar, BI juga mendorong agar dunia usaha termasuk para eksportir turut membantu menjaga nilai tukar rupiah, dengan tidak menahan dolar AS.
Eksportir dapat melepas dolar AS ke pasar sehingga memberikan pasokan dolar AS di pasar valuta asing.
“Oleh karena itu dalam konteks ini Presiden Jokowi memberikan arahan supaya seluruh potensi suplai yang ada di dalam negeri dimobilisasi termasuk para eksportir yang selama ini menahan dolarnya, agar juga memberikan suplai kepada pasar valas,” ujarnya. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha