BI Tahan Kenaikan Bunga

Jumat, 10 Januari 2014 – 02:12 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Awal 2014, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga acuan atau BI rate. Bank sentral mempertahankan BI rate pada level 7,5 persen. Hal itu diputuskan dalam rapat dewan gubernur (RDG) Kamis (9/1).

Dalam rapat tersebut, otoritas moneter itu juga mempertahankan suku bunga pinjaman (lending rate) dan suku bunga simpanan atau deposit facility, masing-masing tetap pada level 7,5 persen dan 5,75 persen. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, kebijakan itu diambil setelah mengevaluasi secara menyeluruh ekonomi tahun 2013 dan prospek ekonomi 2014-2015. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa inflasi menuju sasaran masih terkendali. BI memproyeksikan inflasi pada 2014 di angka 3,5 persen-5,5 persen dan 3 persen-5 persen pada 2015.

BACA JUGA: Ketua YLKI Sebut Hatta Rajasa Menteri Aneh

Agus menilai, tantangan sektor finansial sepanjang tahun lalu tampaknya masih akan berlanjut pada 2014. Selain bakal dilancarkannya pengurangan stimulus moneter AS, pemulihan ekonomi negara maju otomatis juga memicu kenaikan tingkat suku bunga.

BI pun mewaspadai pembalikan arus modal yang diperkirakan tetap terjadi. Jika tak dijaga, hal itu akan mengguncang keseimbangan neraca pembayaran Indonesia (NPI). "Kami pelajari, bagi negara mana pun ternyata USD tetap paling menarik untuk menginvestasikan dananya. Itu jadi satu tantangan bagi negara berkembang karena akan ada tendensi untuk outflow," terangnya

BACA JUGA: Mencari Cara Selamatkan Merpati Tanpa Bebani Negara

Keputusan RDG BI untuk menahan bunga acuan 7,5 persen direspons positif oleh pasar valas. Nilai tukar rupiah kemarin sore menguat 15 poin ke posisi 12.190 jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya di 12.205 per dolar AS. Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan bahwa nilai tukar rupiah menguat setelah pengumuman suku bunga acuan BI.

"Sepanjang perdagangan, rupiah cenderung mendatar, menanti hasil BI rate. Setelah BI rate diumumkan, rupiah menguat karena sesuai dengan ekspektasi pasar," ujar dia.

BACA JUGA: TNI AU Tak Masalah Bandara Halim jadi Komersil

Kalangan perbankan juga mengapresiasi langkah BI. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, dengan ditahannya BI rate, BCA akan mengamati pergerakan dana masyarakat. "Baru nanti akan menetapkan apakah perlu naik atau tetap bunga dana dan kredit kami," ujar Jahja kemarin. Dia mengatakan, dengan mengetatnya likuiditas di pasar, tanpa kenaikan BI rate, suku bunga sudah akan naik.

Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Achmad Baiquni mengatakan bahwa BRI menanggapi positif langkah BI. "Tipikal kalau BI rate naik, maka suku bunga naik," ujar Achmad. Suku bunga simpanan akan meningkat karena likuiditas mengetat. Pada akhirnya, suku bunga kredit pun harus ditingkatkan karena biaya tinggi.

Achmad menyatakan, di tengah suku bunga kredit yang tinggi, kredit memang masih berjalan. Tetapi jika bermasalah, rasio kredit bermasalah (NPL) akan bertambah dan mengakibatkan persoalan. (gal/c11/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wika Targetkan Kontrak Baru Rp 49,97 triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler