Filipina kembali memerintahkan deportasi biarawati asal Australia, Suster Patricia Fox, atas tuduhan ia terlibat dalam aktivitas politik, setelah penangguhan hukuman dua bulan lalu. Poin kunci:Suster Patricia telah bekerja untuk menolong warga Filipina paling rentan selama 27 tahunIa membantah tuduhan dan bertemu dengan sejumlah pengacara pada hari Kamis (30/8/3018)Ia masih bisa mengajukan banding putusan itu ke Departemen Kehakiman Filipina
BACA JUGA: Warga Difabel Magang di Sekolah Australia Membawa Perubahan Positif
Pada bulan Juni, Suster Patricia sempat merayakan kemenangan atas banding terhadap keputusan Departemen Imigrasi Filipina untuk membatalkan visanya.
Tapi sekarang, biarawati berusia 71 tahun itu menjadi sorotan lagi.
BACA JUGA: Kunjungan LN Pertama PM Australia ke Indonesia Jadi Tradisi
Penyelidikan yang lebih teliti oleh Departemen Imigrasi Filipina telah memutuskan bahwa ia melanggar persyaratan visanya dengan terlibat dalam kegiatan politik partisan.
Akibatnya, departemen itu menolak permohonan bandingnya atas perintah deportasi, yang berarti ia masih menghadapi prospek deportasi.
BACA JUGA: WTA Kecam Wasit Yang Tegur Petenis Putri Buka Baju di Lapangan
"Saya benar-benar sangat sedih," katanya. "Saya suka pulang ke Australia untuk liburan, tapi kehidupan saya di sini sekarang jadi sangat sedih untuk berpikir tentang diusir."
Meskipun sudah 27 tahun bekerja untuk membantu beberapa orang Filipina yang paling rentan, Presiden Rodrigo Duterte telah mengecam kritikan Patricia terhadap pemerintahannya.
Suster Patricia membantah tuduhan itu dan bertemu dengan pengacaranya pada hari Kamis (30/8/2018) dan diperkirakan akan mengajukan banding lagi awal pekan depan.
Ia masih bisa mengajukan banding atas keputusan di hadapan Departemen Kehakiman, kantor Presiden atau pengadilan. Video: 'Criticise your own government': Duterte lashes out at Australian nun (ABC News)
Menjadi perhatian
Suster Patricia telah lama menjadi vokal tentang hak pekerja, petani, dan pelajar di Filipina.
Misi "pencarian fakta" ke pulau Mindanao, yang masih dalam keadaan darurat militer, di selatan Filipina-lah yang menarik perhatian Suster Pat.
Duterte secara pribadi memerintahkan ia untuk diselidiki atas "kegiatan politik ilegal", dan pergi mencela ia di depan publik dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi.
Ia menuduhnya memperlakukan "Filipina seperti kasur untuk menyeka kaki Anda" dan mengatakan kepadanya untuk tidak "menghina kami setiap kali Anda membuka mulut".
"Masih mengherankan saya bahwa saya bahkan menjadi perhatiannya," katanya.
"Tapi itu telah menguak isu-isu tentang apa yang terjadi di Filipina ke publik - penangkapan besar-besaran, pembunuhan, pemindahan, dan sebagainya." Photo: Suster Patricia ditahan di Filipina karena diduga turut andil dalam apa yang digambarkan sebagai aktivitas politik ilegal. (Twitter: Pamalakaya Pilipinas)
Tetapi Suster Patricia mengatakan ia telah kewalahan oleh jumlah dukungan yang ia dapatkan dari orang-orang.
"Saya pikir mereka meremehkan dukungan yang saya terima dan bahwa saya tidak bertindak secara diam-diam," katanya.
Suster Patricia mengatakan, dukungan orang-orang-lah yang membuatnya ingin tinggal, dan dukungan itu datang dari semua penjuru termasuk orang-orang yang pergi ke gereja dan kaum miskin kota yang datang mengunjunginya.
"Mereka jelas tak berpikir saya berkeliling ke seluruh Filipina," katanya pada bulan April, menyusul perintah deportasinya yang pertama.
"Saya terkejut berapa banyak orang yang bicara. Para petani miskin kota. Semua orang gereja ini datang dan mengunjungi saya," katanya.
"Ketika mereka berbicara dan mendukung Anda, mereka membuat Anda ingin berada di sini. Saya tidak ingin pergi dari sini."
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Partai Liberal Australia Diguncang Isu Bullying Terhadap Perempuan