jpnn.com, JAKARTA - Inflasi pada Juli lalu cukup rendah, yakni hanya 0,22 persen.
Sementara itu, pada Agustus justru terjadi deflasi sebesar 0,07 persen.
BACA JUGA: 2 Hal Ini Jadi Fokus Pemerintah Pada Semester Kedua
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan, deflasi terjadi karena faktor musiman, yakni penurunan harga setelah Lebaran.
Tahun lalu, saat Lebaran jatuh pada Juli, angka inflasi 0,69 persen.
BACA JUGA: Nilai Ekspor Perhiasan Jawa Timur Turun
Sebulan kemudian, langsung terjadi deflasi 0,93 persen.
”Pattern (pola) 2017 mirip 2015, di mana Lebaran Juli inflasi 0,69 persen,” jelas Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, di gedung BPS, Senin (4/9).
BACA JUGA: Impor Bahan Baku dan Modal Melonjak, Neraca Dagang Juli Defisit
Deflasi terjadi pada beberapa kelompok. Di antaranya, bahan makanan sebesar 0,67 persen.
Penurunan harga paling tinggi terjadi pada komoditas bawang merah, bawang putih, dan ikan segar.
Meski demikian, Kecuk menekankan sejumlah komoditas yang volatilitas harganya masih harus diwaspadai.
Misalnya, cabai merah, garam, daging ayam ras, telur ayam ras, dan sejumlah buah-buahan.
Selain bahan makanan, kelompok yang menyumbang inflasi adalah uang sekolah SD dan SMA.
”Kami sudah menduga hal ini. Juli lalu sudah ada kenaikan (biaya sekolah) dan September ini kemungkinan ada (kenaikan uang sekolah lagi), tapi tidak signifikan,” jelasnya.
Terjadinya deflasi pada Agustus juga tak lepas dari intervensi yang dilakukan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan.
Deflasi bahan makanan sebesar 0,67 persen mengompensasi kenaikan administered prices, terutama tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak.
Berbagai kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, tutur Kecuk, berhasil menjaga stabilitas harga bahan pangan.
”Tanpa berbagai kebijakan dari Kemendag dan Kementan, harga bahan makanan tentu akan bergerak lebih liar seperti tahun sebelumnya,” urainya.
Karena penurunan harga setelah Lebaran, BPS membantah deflasi pada Agustus lalu dipicu pelemahan daya beli.
Kecuk mengungkapkan, daya beli masyarakat tetap tumbuh meski melambat.
”Jadi, bukan karena daya beli rendah dan demand menurun,” imbuh pria kelahiran Blitar itu.
Berbekal deflasi pada Agustus lalu, BPS optimistis target inflasi tahun ini sebesar empat persen bisa tercapai. (ken/c10/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kelas Menengah Lebih Suka Berlibur daripada Belanja
Redaktur & Reporter : Ragil