2 Hal Ini Jadi Fokus Pemerintah Pada Semester Kedua

Sabtu, 26 Agustus 2017 – 07:39 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi pada semester pertama 2017 terhambat minimnya penyerapan belanja pemerintah dan tingginya inflasi akibat kebijakan (administered prices).

Karena itu, dua hal tersebut ditetapkan sebagai fokus pembenahan pada semester kedua.

BACA JUGA: DPR Pengin Punya Gedung Baru? Ini Saran Bu Menkeu

Menkeu Sri Mulyani Indrawati menuturkan, pemerintah memastikan tidak menaikkan komponen administered prices seperti tarif dasar listrik (TDL) dan harga bahan bakar minyak (BBM) sampai akhir tahun.

Janji tersebut diharapkan menurunkan ekspektasi inflasi yang mendorong daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga.

BACA JUGA: Aset Perbankan Syariah Indonesia Tembus Rp 375 Triliun

Bila daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga terjaga, pertumbuhan ekonomi diharapkan terakselerasi.

’’Ini satu set yang disebut kebijakan fiskal, moneter, dan kebijakan pemerintah di sektor riil,’’ kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani.

BACA JUGA: Maksimalkan Wakaf untuk Pembangunan Infrastruktur

Percepatan pertumbuhan ekonomi juga dilakukan dengan meningkatkan belanja pemerintah.

Pada semester kedua, belanja publik akan diserap secara besar-besaran sehingga mendorong konsumsi masyarakat.

’’Penyerapan belanja yang meningkat mengakibatkan uang muncul dan bergulir di masyarakat,’’ jelasnya.

Pada semester pertama lalu, realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp 893,3 triliun. Transfer ke daerah sebesar Rp 394,8 triliun.

Chief Economist Skha Institute Eric Alexander Sugandi menilai pertumbuhan ekonomi pada semester kedua berpotensi terakselerasi berkat belanja pemerintah.

Proyek pemerintah memang menggunakan sistem reimbursement ke kontraktor yang direalisasikan pada semester kedua.

’’Selain itu, kementerian dan lembaga serta pemda biasanya menggenjot penyerapan anggaran pada semester kedua, khususnya di triwulan IV,’’ ujarnya.

Disinsentif berupa pemotongan anggaran bagi kementerian dan lembaga yang lambat menyerap anggaran juga dinilai efektif memicu percepatan belanja pemerintah pada semester ini.

Meski begitu, Eric menilai ada risiko dari sisi penerimaan negara.

Jika penerimaan seret, bukan tidak mungkin penyelesaian proyek-proyek terpaksa ditunda pada tahun depan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo menjelaskan, konsumsi pemerintah pada semester pertama memang tidak optimal sehingga kurang mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi.

Namun, Agus juga mengingatkan pentingnya upaya menggenjot investasi pada semester kedua ini.

Agus secara khusus mencatat bahwa pertumbuhan investasi berupa bahan bangunan cukup menggembirakan pada triwulan kedua lalu.

’’Pada semester kedua ini, investasi kami harapkan lebih baik,’’ tuturnya. (dee/ken/c14/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Beginilah Jadinya saat Sri Mulyani Bertemu Sri Mulyani


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler