jpnn.com, JAKARTA - PT Inalum (Persero) tengah mencari utang luar negeri sebesar Rp 55,4 triliun untuk membiayai divestasi saham PT Freeport Indonesia.
Langkah itu menambah banyak jumlah utang luar negeri badan usaha milik negara (BUMN).
BACA JUGA: Bamsoet Jamin DPR Dukung Proram Pemerintah Akuisisi Freeport
Dalam beberapa tahun terakhir, utang luar negeri BUMN memang terus membesar.
Pada 2017 lalu, utang luar negeri perusahaan pelat merah telah mencapai Rp 453 triliun.
BACA JUGA: Penjelasan Terbaru Jokowi soal Divestasi Saham Freeport
Jumlah itu melonjak dibandingkan pada 2014 yang mencapai Rp 382 triliun.
Setahun berselang, utang luar negeri BUMN meningkat menjadi Rp 450 triliun pada 2015.
BACA JUGA: Fahri Hamzah Nyinyir soal Divestasi Saham Freeport, eh Salah
Utang luar negeri BUMN sempat menurun menjadi menjadi Rp 425 triliun pada 2016.
Deputi Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro mengatakan, nilai utang tersebut masih relatif kecil jika dibandingkan dengan milik swasta maupun pemerintah.
’’Itu minimal 25 persen di-hedging (lindung nilai). Khususnya bagi BUMN yang posisinya terbuka. Artinya, dia pinjam dolar, tetapi revenue-nya bisa rupiah,’’ ujar Aloysius di gedung DPR, Selasa (24/7).
Dia menjelaskan, saat ini BUMN masih menunggu momen yang tepat untuk menerbitkan utang luar negeri.
Sebab, di tengah tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, utang dapat membebani keuangan BUMN.
Pada 2017, komposisi utang luar negeri terbesar berasal dari pemerintah mencapai Rp 2.402,00 triliun. Utang luar negeri swasta Rp 1.881,00 triliun.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR Azam Asman Natawijaya menuturkan, pihaknya mempertanyakan utang luar negeri BUMN yang terus membengkak.
’’Seperti Pertamina diberi penugasan seolah-olah subsidi. Jangan begini, makin banyak utangnya,’’ kata Azam. (vir/c14/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Waketum Gerindra Tuding Jokowi Ngibul soal Saham Freeport
Redaktur : Tim Redaksi