Bibit Samad Rianto di Mata Keluarga dan Teman-Teman Semasa Muda

Anak Penjahit, Pernah Jualan Singkong Rebus

Rabu, 04 November 2009 – 05:04 WIB
Rumah Bibit Samad Rianto, tempat dia dibesarkan di kelurahan Sukorame, Kec.Mojoroto, Kota Kediri. (foto: Moh Syifa/Radar Kediri)

Bukti rekaman KPK yang diperdengarkan di MK  kemarin semakin meyakinkan keluarga dan teman-teman Bibit Samad Rianto di Kediri bahwa yang bersangkutan tidak bersalahApalagi, sejak kecil dia memang dikenal bersahaja

BACA JUGA: Liburkan Pedagang, Kompensasi Tak Memuaskan



MOHAMMAD SYIFA, Kediri

Sebuah rumah bercat biru di Jalan Suparjan, Kota Kediri, sore kemarin tampak sepi
Tidak ada aktivitas di rumah itu

BACA JUGA: Jadi Komandan Menwa, Tapi Tak Militeristik

Dari segi ukuran, rumah berpagar besi berwarna biru itu juga tidak terlalu besar
Hanya, di samping kanan rumah itu terdapat musala yang diberi nama As-Shomad.

Di rumah itulah Bibit Samad Rianto lahir dan dibesarkan

BACA JUGA: Hein Kaseke, Tuna Netra Pemimpin 3 Ribu Peserta Musik Bambu

Wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non-aktif itu memang menghabiskan masa kecil di Kelurahan Sukorame, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri"Tapi, rumah yang lama sudah direnovasiSekarang ini bangunan baru," ujar Suparno, 67, sepupu Bibit yang kini menempati rumah ituDia adalah anak paman Bibit

Ketika Radar Kediri (Jawa Pos Group/JPNN) berkunjung kemarin sore, Suparno sedang nonton televisi yang menyiarkan langsung sidang Mahkamah Konstitusi (MK)Sidang itu memperdengarkan rekaman KPK

Mata Suparno tak pernah lepas dari layarTelinganya juga menyimak dalam-dalam"Saya yakin, Pak Bibit pasti bebasTinggal menunggu saja," kata Suparno yang menilai kasus itu penuh rekayasa begitu mendengarkan rekaman tersebut

Keyakinan itu bukan tanpa alasanSejak kecil, dia sudah mengenal kepribadian BibitApalagi, orang tuanya dan orang tua Bibit tinggal satu kelurahanMereka sering bermain bersama

Satu hal yang paling diingat Suparno tentang sepupunya itu adalah ketekunan dan kecerdasannyaBibit bukan tipe anak pemalasSetiap hari membantu orang tua bekerja"Pak Bibit itu tidak pernah malu membantu orang tuanya," kata Suparno, yang sejak kasus "buaya-cicak" mencuat sesekali masih dihubungi Bibit via telepon

Bibit merupakan anak pertama di antara enam bersaudaraOrang tuanya, Samad (ayah) dan Tukul (ibu), berprofesi sebagai penjahit di Pasar Bandar, Kota KediriJarak pasar itu dengan rumahnya sekitar tiga kilometerSuparno masih sangat ingat, Bibit selalu bangun sekitar pukul 04.00 dan membantu orang tuanya mendorong gerobak berisi mesin jahit ke pasar.

Setelah sampai di pasar dan menata mesin jahit orang tuanya, Bibit kembali ke rumah melalui jalur yang samaBerarti setiap hari dia harus berjalan kaki sekitar enam kilometerHal itu dilakukan Bibit sejak duduk di bangku SD hingga SMASelesai membantu orang tuanya, Bibit baru berangkat ke sekolahRutinitas itu tidak hanya dilakukan sebelum berangkat sekolahSepulang sekolah, sekitar pukul 13.00, Bibit menyusul orang tuanya ke pasar untuk membantuBibit dan orang tuanya baru pulang dari pasar sekitar pukul 14.00. 

Suparno mengatakan, keluarga Bibit bukan dari kalangan mampuBahkan, dari hasil menjahit, orang tuanya belum cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hariUntuk itulah, semasa SD setiap sore Bibit berjualan singkong rebus di perempatan lampu merah yang tidak jauh dari rumahnya"Biasanya hingga menjelang magrib," kenang Suparno.

Bahkan, saat Minggu, Bibit juga membantu orang tuanya memasakSuparno masih ingat, menu yang sering dimasak Bibit adalah sayur lodeh pepayaMulai meracik bumbu hingga matang, Bibit yang mengerjakan.

Selain tekun, dia juga dikenal sebagai anak yang pintarSejak SD hingga SMA, Bibit sering meraih peringkat pertama di kelasnyaMeski harus membantu orang tua, Bibit tidak pernah lupa belajarDia selalu berjalan kaki saat berangkat ke sekolahPadahal, jarak dari rumah ke sekolah cukup jauhSaat duduk di bangku SMP, jaraknya sekitar lima kilometer.

Namun, ada hal yang tidak pernah dilupakan Suparno bersama sepupunya ituSaat duduk di bangku SD, Suparno sering mengajak Bibit mencari singkong dan jagung di kebun belakang rumahnya"Kami bermain hanya ituBelum ada permainan seperti sekarang," tandasnya.

Ketika duduk di kelas tiga SMA, Bibit mulai nyambi kerjaDia bekerja kepada bibinya yang kebetulan memiliki usaha tenun sarungDari situlah Bibit mulai bisa menabung dan meringankan beban orang tuanyaDari tabungan itu pula Bibit masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri)Dia ingin masuk angkatan laut.
Maklum, Bibit sangat ingin menjadi tentaraDua kali ikut tes Akabri Laut, namun gagalHingga akhirnya, Bibit memutuskan ikut tes di Akabri Kepolisian dan lolos.

Perjalanan karir Bibit tergolong mulusDia pernah menjabat Kapolda Kalimantan Timur dan sempat menjadi calon Kapolri ketika pemerintahan Presiden Gus DurBibit juga dikenal perhatian kepada keluarga dan sudara-saudaraSaat menjadi Kapolda Kalimantan Timur, Bibit pernah berkata kepada keluarganya, jika ada yang kesulitan biaya sekolah, dia sangup menyekolahkan hingga perguruan tinggiBibit ingin semua keluarganya memiliki pendidikan yang baik. 

Kegigihan Bibit juga dibaca Mochlas Prawoto, 87, salah seorang guru Bibit di SMAN 2 KediriPria sepuh itu mengatakan, di kelas Bibit terkenal aktif bertanyaHal itulah yang hingga kini terus diingatnya"Pokoknya, anaknya selalu ingin bertanya dan aktifDi antara teman-temannya, dia juga terlihat menonjol," ujar guru yang mengajar mata pelajaran kebangsaan itu.

Mochlas Prawoto juga ingat, semasa sekolah Bibit sudah muncul sifat kepemimpinannyaBibit sering mengorganisasi teman-teman saat ada kegiatanKendati demikian, nilai Bibit tidak pernah jeblokMengetahui mantan muridnya yang kini terkena masalah, Prawoto hanya berharap agar Bibit diberikan kesabaranDia yakin, muridnya itu adalah anak yang baik dan tidak mungkin bersalahSaat Bibit masih aktif menjadi anggota polisi di Jakarta, Prawoto sempat diajak berkunjung ke rumahnya"Saya melihat rumahnya juga sederhanaTidak tampak kemewahan," kenang Prawoto.

Sedangkan bagi Sari Karsono, 63, adik kelas Bibit, meskipun sudah menjadi orang besar, Bibit selalu ingat dengan teman-teman semasa SMABibit selalu mengajak berkumpul teman-teman SMA yang masih ada di KediriBukan hanya seangkatan, melainkan juga adik kelas dan kakak kelas"Kalau berkumpul, paling cuma makan-makanSebab, Mas Bibit tidak pernah lama di Kediri," kenang Sari

Bibit kemarin genap berusia 64 tahunPada hari bahagia tersebut, dia tidak bisa merayakan bersama orang-orang tercinta di rumah seperti tahun-tahun sebelumnyaTapi, perayaan ulang tahun itu dilakukan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, tempat dia ditahanSang istri, Sugiharti, dan anak-anaknya datang dengan membawa makanan kesukaan Bibit(*/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Juragan Tas Berangkat Haji Naik Kuda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler