jpnn.com - JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi nasional pada kisaran 7 persen seperti yang ada di visi dan misi kedua pasangan calon presiden Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta dianggap sebagai upaya pertumbuhan ekonomi nasional yang tidak ada makna apa-apanya.
Hal tersebut dikatakan oleh dosen ekologi politik/ sosiolog pedesaan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Arya Hadi Dharmawan, di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (28/5).
BACA JUGA: Pengamat: Motif Kekuasan Bikin JK Berbalik Baik ke Jokowi
"Menurut saya angka 7 persen itu tidak akan ada pertumbuhan karena pertumbuhan tersebut akan sirna oleh inflasi," kata Arya.
Belum lagi potensi bencana alam. Menurut dia, pertumbuhan 7 persen itu malah akan berakhir minus karena secara geografis wilayah NKRI ini rawan bencana alam.
BACA JUGA: Pengamat Nilai Kasus SDA tak Goyang Kubu Prabowo
Selain itu, doktor lulusan Georg-August Universität Göttingen, Jerman itu menyebut visi dan misi kedua pasang capres telah menjawanisasi semua masalah di Indonesia.
"Saya, kok merasa visi dan misi kedua pasang capres-cawapres itu telah menjawanisasi semua masalah di Indonesia. Mereka mengabaikan fakta di Papua yang mana masyarakatnya harus membeli semen seharga jutaan rupiah per sak dan ongkos ojek 2,5 juta untuk urus KTP," ungkap Arya.
BACA JUGA: Demi Prabowo-Hatta, Moreno Bakal Tangkal Kampanye Hitam
Demikian juga halnya dalam perspektif ekonomi makro. Kedua pasang capres-cawapres sama-sama menginginkan kemajuan yang sesungguhnya identik dengan neoliberal dan kapitalisme serta daya saing.
"Di sisi lain dalam visi dan misnya mengagung-agung ekonomi kerakyatan yang basis ekonominya adalah sosialis," imbuh Arya Hadi Dharmawan.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perkirakan Pengumuman Jumlah Harta Capres Awal Juli
Redaktur : Tim Redaksi