Bidik Pasar Biosimiliar

Rabu, 26 Mei 2010 – 11:44 WIB
JAKARTA - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) membidik pasar obat biosimilar, seiring besarnya potensi itu di masa mendatangIni karena obat similar saat ini tergolong mahal

BACA JUGA: SG Incar Tiga Pabrik di ASEAN

Diyakini potensinya dapat diproduksi secara generik dengan harga terjangkau
Sebagai langkah awal, perseroan menjalin kerja sama dengan Rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
 
“Target besar dari kerjasama penelitian dan pengembangan dengan RSCM ini adalah untuk produk biosimilar

BACA JUGA: Dell Rambah Pasar UKM

Kalau penelitian yang dilakukan bisa sesuai harapan, maka tahun depan kami akan mulai produksi satu atau dua produk biosimilar,” ujar M Syamsul Arifin, Direktur Utama Kimia Farma, di Jakarta.

Menurut Syamsul, potensi pasar biosimilar (obat generik berbasis teknologi) itu sangat besar, terutama dengan tingginya harga obat-obat jenis ini
Saat ini, obat-obatan ini masih belum diproduksi oleh perusahaan farmasi dalam negeri

BACA JUGA: Kosmetik, Herbal dan LHE Masuk Perlindungan

Harga-harga obat impor ini pun sangat mahalSyamsul mencontohkan, harga biosimilar untuk kanker misalnya, bisa mencapai Rp 30 juta“Padahal kalau itu bisa kita produksi, dengan cost setengahnya, tentu marjinnya sangat besarDan, harganya akan terjangkau,” terang Syamsul.

Pasar biosimilar sendiri didunia saat ini sangat besarBerdasarkan data 2008, pasar biosimilar memiliki pangsa pasar hingga USD 100 miliar, yang terus bertambah seiring kebutuhan masyarakatSementara kebutuhan domestik terhadap obat-obatan itu sendiri cukup tinggiTercatat, tahun lalu konsumen domestik mencapai 10 hingga 20 persen“Bayangkan, berapa besar potensi yang bisa diambil dari potensi tersebutPadahal untuk SDM ada dana ada, kenapa kita tidak bisa memproduksi sendiri,” jelas Syamsul.

Sementara untuk bentuk kerjasama dengan RSCM, lanjut Syamsul, pihaknya menyediakan laboratorium yang dimiliki untuk penelitian dan pengembanganDimana untuk tahap awal adalan kultur jaringan.  Saat ini, menurutnya, yang sudah bisa dikomersilkan adalah jaringan kulitDimana mulai Juli 2010 perseroan sudah bisa menyediakan jaringan pengganti sel-sel kulit yang rusak, akibat luka bakar“Kami sudah punya pabrik kulit yang mulai berproduksi Juli iniUntuk investasi pabrik kulit mencapai Rp 3-4 miliar, tapi itu belum termasuk gedung,” bebernya.

Pabrik dan juga laboratorium untuk penelitian itu dikelola PT Kimia Farma Diagnostik, yang merupakan anak usaha PT Kimia Farma ApotikKimia Farma sendiri menganggarkan investasi sebesar Rp 40 miliar untuk penelitian dan pengembangan di bawah Kimia Farma Diagnostik.

Sementara Kimia Farma Apotik, tahun ini menargetkan pertumbuhan 50 apotek baru di seluruh IndonesiaAnak usaha Kimia farma ini, diharapkan dapat memberi kontribusi 30 persen atau sekitar Rp 1,3 triliun dari proyeksi pendapatan Kimia Farma di 2010 sebesar Rp 3 triliun(far)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gagal Panen Meluas, Rugi Rp. 78 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler