Bidikmisi di Jatim Tembus 7.500 Mahasiswa

Senin, 21 Januari 2019 – 12:50 WIB
Kuota penerima beasiswa Bidikmisi ditambah. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Kuota mahasiswa penerima biaya pendidikan mahasiswa miskin berprestasi (bidikmisi) 2019 meningkat.

Pemerintah pusat menambah kuota mahasiswa penerima bidikmisi tahun ini menjadi 130 ribu. Jumlah itu naik 44 persen dari 2018.

BACA JUGA: Tahun Ini Beasiswa Bidikmisi juga Untuk Mahasiswa PTS

Sekretaris Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VII Jawa Timur Widyo Winarso menyatakan, peningkatan kuota bidikmisi tersebut adalah komitmen pemerintah untuk memutus mata rantai kemiskinan melalui pendidikan.

Jumlah itu dialokasikan untuk perguruan tinggi negeri (PTN), perguruan tinggi swasta (PTS), termasuk vokasi, maupun mahasiswa ongoing yang sedang studi saat ini.

BACA JUGA: Beasiswa Bidikmisi, Awal Kuliah Mendapat Rp 3 Juta

Seiring dengan meningkatnya kuota tersebut, kuota bidikmisi untuk PTS di Jatim juga naik. Widyo memprediksi kuota bidikmisi untuk mahasiswa PTS di Jatim naik menjadi 7.500 mahasiswa.

Perinciannya, bidikmisi reguler 1.500 mahasiswa dan bidikmisi alokasi khusus 6.000 orang. "Itu perkiraan kami karena seleksinya nanti untuk PTN dulu. Kami juga masih harus menunggu konfirmasi dari PTS," katanya.

BACA JUGA: Tahun Ini Kuota Beasiswa Bidikmisi 130 Ribu Orang

Kuota sebesar 7.500 mahasiswa tersebut naik dari 2018 yang mencapai 6.894 mahasiswa di 128 PTS.

Widyo menjelaskan, bidikmisi reguler tidak berbeda dengan bidikmisi alokasi khusus. Hanya, anggaran untuk bidikmisi reguler berasal dari LLDikti. Sedangkan untuk bidikmisi alokasi khusus, anggarannya berasal dari Kemenristekdikti.

Bidikmisi, jelas Widyo, diberikan kepada mahasiswa yang berprestasi dan kurang mampu secara ekonomi.

Meski begitu, tidak semua kampus mendapatkan alokasi kuota bidikmisi. Menurut Widyo, hal tersebut bergantung pada kesediaan kampus yang bersangkutan.

"Kampus mau menerima bidikmisi atau tidak. Sebab, kampus akreditasi A kadang justru tidak mau menerima," jelas dia.

Itu, lanjut Widyo, terjadi karena besaran bidikmisi yang diterima kampus lebih kecil daripada besaran SPP yang mereka tetapkan.

Widyo memerinci, alokasi bidikmisi per tahun adalah Rp 12 juta atau Rp 6 juta per semester. Dengan kata lain, besaran bidikmisi per bulan Rp 1 juta.

Besaran Rp 1 juta tersebut dibagi untuk biaya hidup Rp 650 ribu dan SPP Rp 350 ribu. Dengan demikian, SPP yang bisa dibayar bidikmisi mencapai Rp 2,1 juta per semester.

"Kalau SPP kampus Rp 4 juta, ya tidak mau terima bidikmisi. Kalau SPP Rp 2,5 juta per semester, biasanya kampus masih mau terima," jelasnya.

Widyo berharap kampus maupun mahasiswa bisa mengoptimalkan bidikmisi. Terutama untuk meningkatkan akses dan kesempatan lulusan SMA/SMK sederajat belajar di perguruan tinggi.

Termasuk meningkatkan prestasi mahasiswa dan menjamin keberlangsungan studi mahasiswa dengan tepat waktu.

"Kita harapkan program bidikmisi tahun ini bisa berjalan lebih baik. Sehingga bisa melahirkan lulusan yang mandiri dan produktif," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Junaidi Fery Efendi menjelaskan, ada beberapa jalur bidikmisi di UMSurabaya. Baik dari internal maupun dari LLDikti.

"Tahun akademik 2018-2019 kemarin, beasiswa bidikmisi internal 50 mahasiswa. Dari LLDikti kami dapat 10 mahasiswa. Tapi, di tengah perjalanan, kami dapat tambahan kuota untuk 30 mahasiswa," terangnya. (puj/c9/diq/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peserta SNMPTN Jawa-Sumatera Mendominasi Penerima Bidikmisi


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler