jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai tenaga medis yang bertugas mengobati pasien Covid-19 berstatus fisabilillah atau berjuang di jalan Allah SWT.
Karena itu, mereka yang gugur dalam tugas akan mendapat tempat terbaik di sisi Sang Pencipta.
BACA JUGA: Status Facebook Tuai Kontroversi, Dokter Ditangkap Polisi
"Saya selalu menyebut dengan penuh pertaruhan jiwa sehingga PP Muhammadiyah selain mengapresiasi, bahkan selalu menggunakan kata ini sebagai jihad fisabilillah,” kata dia dalam program Haedar Menyapa seperti siaran pers yang diterima, Senin (25/5).
Haedar menggelar program itu untuk menyapa para tenaga medis baik dokter maupun perawat rumah sakit Muhammadiyah yang saat ini merawat pasien.
BACA JUGA: Info Terkini dari Polisi Soal Penembakan 2 Tenaga Medis Gugus Tugas COVID-19 di Papua
Termasuk menyapa para pasien Covid-19 yang sudah sembuh, keluarga pasien Corona dan warga Muhammadiyah di luar negeri yang tidak bisa pulang ke tanah air karena virus menular itu.
Para tenaga kesehatan yang disapa berasal dari RSI Jakarta Cempaka Putih, RS Muhammadiyah Siti Khotijah Sidoarjo, RS Muhammadiyah Palangkaraya, dan Direktur RS Muhammadiyah Palembang.
BACA JUGA: Corona Makin Galak, 26 Tenaga Medis Terinfeksi
Sementara pasien sembuh adalah sepasang suami istri (Suyono dan istri) yang sembuh dari Covid-19, dulunya dirawat di RS Siti Khotijah Kediri dan seorang pasien sembuh bernama Savina yang pernah dirawat di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo.
Untuk keluarga pasien adalah Siti Nur Febrianti, salah seorang kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dari Tanah Abang Jakarta, sedangkan warga Muhammadiyah yang berada di luar negeri yaitu satu orang di Taiwan, yaitu Yuniar Wardani.
Dokter Dimas dari RSI Jakarta Cempaka Putih menyampaikan bahwa tidak bisa dipungkiri awalnya mempunyai rasa khawatir bahkan takut ketika harus menangani pasien Covid-19.
“Ada rasa kekhawatiran dan kecemasan bagi tenaga medis, tetapi alhamdulillah rumah sakit memfasilitasi dengan APD yang memadai dan ruang perawatan isolasi yang standar,” katanya.
Saat ditanya suka duka dalam menangani pasien Covid-19, para nakes menyampaikan perihal penolakan dari pasien dan keluarga terhadap kondisi yang dialami.
Ini seperti yang diungkapkan oleh dokter Sri Widianingsih dari RS Siti Khotijah Sidoarjo.
“Ada pasien-pasien yang menolak dan bahkan melarikan diri sehingga membutuhkan upaya ekstra untuk mengedukasi bahwa mereka adalah Pasien Dalam Pengawasan (PDP),” ujarnya.
Terkait kebutuhan Alat Perlindungan Diri (APD) saat ini, semua tenaga kesehatan yang disapa Haedar Nasir mengatakan sudah terpenuhi bahkan mempunyai cadangan untuk beberapa bulan ke depan.
Ini disampaikan dokter Widodo Pangestu, direktur RS Muhammadiyah Palembang.
“Kami di sini APD cukup untuk dua bulan ke depan karena dibantu hampir semua pihak di Palembang baik persyarikatan maupun lainnya,” ungkapnya.
Terakhir Haedar Nashir menyapa Yuniar Wardani, seorang warga Muhammadiyah yang berada di Taiwan.
Kepada Haedar Nashir, Yuniar Wardani mengucapkan terima kasih khususnya kepada Muhammadiyah yang sudah menyalurkan ribuan masker kepada WNI di Taiwan saat awal wabah Covid-19 melanda negara tersebut, sedangkan Indonesia belum terkena.
“Kami saat itu mendapatkan stok masker yang banyak dan sangat membantu karena kami di Taiwan kesulitan mendapatkannya,” katanya.
Menyinggung tentang apakah berdamai atau rasional dalam menangani Covid-19 Haedar dalam pernyataan penutupnya mengatakan itu sebenarnya persoalan terminologi saja.
“Poinnya adalah semua harus menangani secara sungguh-sungguh dan tidak boleh lengah atas nama berdamai dan tidak boleh kita mengabaikan sesuatu atas nama berdamai atau kita membiarkan sesuatu yang nanti justru bermasalah atas nama berdamai” pungkasnya. (tan/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga