jpnn.com, JAKARTA - Setiap persitiwa punya arti, makna, dan nilai sejarah tinggi di kemudian hari. Semua itu akan terwujud apabila kita punya kebiasaan dan passion untuk mendokumentasikan denyut nadi kehidupan masyarakat melalui kamera yang kita miliki, termasuk kamera yang ada di perangkat gawai kita.
Demikian disampaikan Dosen ATVI yang dikenal sebagai sutradara dan juri film dokumenter Dr. IGP Wiranegara ketika tampil sebagai pembicara dalam acara “Bincang Santai Teras LPPM ATVI” yang digelar via online dan streaming di Kanal Youtube LPPM ATVI (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat – Akademi Televisi Indonesia), Jumat malam (28/1/2022).
BACA JUGA: Stafsus Menkominfo Beberkan Alasan Perpindahan TV Analog ke Digital
Acara tetap dwi mingguan ini dipandu oleh Dosen ATVI dan praktisi Rosida Simatupang. Kegiatan bertema “Merekam Peristiwa di Tengah Pusaran Budaya Pop dan Media Sosial” ini terselenggara atas kolaborasi LPPM ATVI, Mastepedia, dan Taman Bacaan Bukit Bercerita serta didukung oleh Penerbit Prenada, Diomedia, dan Dana.
IGP Wiranegara, peraih Piala Citra untuk karya film dokumenter “Pakubuwono XII: Berjuang untuk sebuah Eksistensi” dalam FFI 2005 itu melanjutkan, untuk melahirkan film dokumenter yang baik, menghibur, menginspirasi serta memberikan efek jangka panjang sebagai sumber sejarah, maka diperlukan riset yang serius.
BACA JUGA: Jenderal Andika Memberi Arahan, Singgung Soal Penggunaan Senjata oleh Prajurit TNI
“Riset itu dimulai dengan melihat, membaca, mengamati, dan memahami apa yang akan kita rekam. Jika merekam kehidupan manusia atau tokoh, upayakan kita tahu betul kiprah sang tokoh sehingga pengambilan gambar akan lebih hidup,” ujar Wiranegara yang telah membuat lebih 12 film dokumenter beragam genre.
Wiranegara yang beberapa kali menjadi juri untuk berbagai festival film documenter antara lain Juri Film Dokumenter FFI 2012, 2013, 2014, 2015, 2018, 2019, dan 2020 menjadi pembuat film documenter atau film maker bidang ini, pada saat bersamaan kita menjadi pembelajar.
BACA JUGA: Target 300 Ribu Guru Kantongi NIP PPPK Tahun Ini Bakal Meleset, Bu Titi Ungkit Peristiwa 2019
Sebab sebelum membuat film, pasti kita dituntut untuk berinteraksi dan mempelajari semuanya agar hasilnya baik.
“Gambar atau film dokumenter itu akan berbicara banyak dan panjang. Yang penting, ada unsur sinematografinya,” tambah Wiranegara yang banyak memperoleh penghargaan bidang film dokumenter ini.
Fim Dokumenter dan Media Sosial
Bagaimana hubungan film dokumenter dan gaya hidup atau kebiasaan masyarakat kita saat ini yang tak lepas dari media sosial? Nah, dalam diskusi ini menyinggung hubungan yang sangat erat, bahkan memancing peserta untuk bertanya lebih mendalam soal ini.
Apalagi Wiranegara menilai, kualitas kamera yang ada di gawai saat ini sudah cukup bagus untuk merekam gambar, dan kualitas suara yang dihasilkan juga sangat baik
“Gambar bergerak atau motion picture menjadi alat atau bentuk pesan komunikasi yang sangat efektif. Fenomena tersebut semakin marak bersamaan dengan trend multi platform media sosial seperti Instagram, Twitter, YouTube dan tiktok di Indonesia. Semua orang bisa merekam dan meng-upload apa saja mulai dari tayangan yang bermanfaat, tayangan yang sekedar nyampah, sampai tayangan berupa ujaran kebecian maupun hoax,” papar Wiranegara.
Menurut Wiranegara, film dokumenter harus ikut dalam perjalanan trend tersebut agar tidak terabaikan dan ditinggalkan disamping karena karya film dokumenter mengedepankan data dan fakta serta kejujuran di dalamnya.
Lebih lanjut, Wiranegara mengatakan kaidah dan konsep film dokumenter yang umumnya mengetengahkan unsur pendidikan dan hiburan di dalamnya dapat dikemas dengan karya video berdurasi singkat dan yang cocok tampil di berbagai platform media sosial populer.
Dengan sentuhan pengetahuan bahasa visual sinematografi yang sederhana siapa saja bisa menjadi film maker dokumenter karena setiap pemakai ponsel pintar dapat merekam berbagai peristiwa dengan kwalitas gambar dan suara yang sempurna.
“Tayangan audio-visual merupakan media yang sangat menarik dan sangat efektif untuk menyampaikan pesan serta sangat potensial meng-influence penontonnya. Memahami cara membuat sebuah karya film dokumenter yang sederhana akan menyebabkan tayangan video kita lebih menarik dan membuat pesannya sampai dengan lebih baik,” ujar Wiranegara.
Menurut Wiranegara, pemahaman akan prinsip dasar fotografi terdiri dari white balance, segitiga eksposure, framing akan menghasilkan gambar-gambar yang sempurna.
Dia menyebut apabila sedikit ditambahi pengetahuan dan kemampuan menggunakan bahasa visual sinematografi terdiri dari type of shots, camera angle, camera movement, garis imajiner, dan screen direction, akan tercipta sebuah karya audio-visual dengan tata cara bertutur menarik dengan kualitas gambar yang sempurna.
“Marilah berkarya dengan baik dan bertanggung jawab, menciptakan prestasi bukan sensasi karena sensasi bukan tidak mungkin akan menjerumuskan kita dalam jerat hukum,” ujar Wiranegara.(fri/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Friederich