Biofuel Hemat Devisa Rp 58 T

Senin, 03 Maret 2014 – 08:08 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Prospek industri bahan bakar nabati (BBN) semakin cerah. Ini setelah pemerintah kian getol memanfaatkan produk tersebut sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan tersebut membuat pelaku industri optimistis memproduksi produk biofuel, terutama biodiesel.

 

Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) Paulus Tjakrawan mengatakan, penyerapan tahun ini memang cukup besar, yakni 3 juta kiloliter (kl). Sebagian besar dari target penyerapan tersebut dilakukan PT Pertamina. Melalui lelang biodiesel, BUMN energi tersebut berencana menyerap 2,5 juta kl.
       
"Saat ini yang sudah ditetapkan 1,8 juta kl. Sisanya masih belum diumumkan pemenangnya. Kemudian sisa 500 ribu kl kami perkirakan dari perusahaan lain," ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (2/3).

BACA JUGA: Developer Andalkan Dana Sendiri

Soal pemenuhan permintaan tersebut, dia mengaku tak kahwatir. Sebab, kapasitas produksi industri dalam negeri mencapai 5,8 juta kl per tahun. Dengan begitu, pengusaha masih bisa dengan mudah memenuhi kebutuhan dalam negeri.

BACA JUGA: Tuding Politisi Bikin Kondisi Bank Bekas Century Memburuk

"Selama ini kan harus kami ekspor. Tapi dengan adanya kebutuhan dalam negeri, tentu kami dengan senang hati memasok," ungkapnya.

Target tersebut sebenarnya masih lebih rendah daripada proyeksi yang dipasang pemerintah. Sebelumnya, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menargetkan penyerapan biodiesel 2014 sebesar 4 juta kl.

BACA JUGA: Indonesia Dikorbankan, Rizal Minta Kesepakatan Direvisi

Angka itu meningkat lipat empat dari realisasi penyerapan pada 2013 sebanyak 1,07 juta kl. Dengan target tersebut, pemerintah diharapkan bakal menghemat devisa USD 5 miliar atau sekitar Rp 58 triliun.

"Dengan realisasi produksi biodiesel 2013 sebesar 1,07 juta kl saja sudah membuat penghematan besar. Menurut perhitungan, penghematan devisa telah mencapai USD 270 juta hingga September," ungkapnya.

Dia menjelaskan, target besar tersebut ditetapkan dengan beberapa perhitungan. Selain kebijakan mandatori (kadar wajib) 10 persen pada bahan bakar solar, PLN juga diwajibkan memuat biodiesel dengan kadar 20 persen untuk bahan bakar pembangkit listrik.

"PLN menyerap minimal 20 persen. Tapi mereka berkomitmen sampai 26 persen", tambahnya.

Dia merinci, bahan bakar solar bersubsidi sudah pasti bakal dicampur dengan biodiesel sebanyak 10 persen. Dengan kuota solar APBN 2014 sebesar 14,64 juta kl, pihaknya memperkirakan penyerapan biodiesel bisa 1,67 juta kiloliter.

"Ditambah 20 sekian persen dari PLN, diperkirakan akan menyentuh 4 juta kl. Penghematan devisa USD 5 miliar bisa tercapai," ungkapnya. (bil/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala Daerah Diminta tak Sembrono Terbitkan Izin Tambang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler