Bisa Lebih Cepat Ketemu jika Basarnas Percaya Nelayan

Jumat, 09 Januari 2015 – 04:56 WIB
Anggota Basarnas menunjukan titik lokasi ditemukannya bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501. FOTO: AFP

jpnn.com - PANGKALAN BUN – Penemuan ekor pesawat di antara sektor 5 dan 7 pada zona pencarian tim gabungan atau Basarnas ternyata lokasinya tidak jauh dengan titik yang ditunjuk oleh saksi Hatman, salah seorang nelayan di Desa Kubu, Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

 

Kepada Palangka Ekspres (Grup Kalteng Pos/JPNN) nelayan ini pernah mengatakan lokasi pasti jatuhnya Airasia. Hatman menunjuk lokasi jatuhnya pesawat di ‘Paluh Selatan’ (laut dalam bagian selatan). Lokasi yang ditunjuk saksi itu dikonversi oleh Kapten Kapal TB Ocean Raider 15, Dimyadi, pada koordinat 03.53 Lintang Selatan – 111.19 Bujur Timur.

BACA JUGA: Berburu Black Box, Hari Ini Basarnas Fokus Angkat Ekor QZ8501

Sementara temuan ekor pesawat terletak pada lokasi di koordinat 03.38S (Lintang Selatan) dan 109.43E (Bujur Timur). Artinya, selisih petunjuk saksi dan dari temuan itu hanya sekitar 3 derajat pada bujur barat atau sekitar 4,8 mil laut.

BACA JUGA: Bongkar Cincai-cincai Izin Rute Maskapai, YLKI Gugat AirAsia

Dengan fakta ini, sejumlah pihak menyayangkan sikap Basarnas dan Tim Gabungan yang dinilai sama sekali tidak mau mempertimbangkan kesaksian Hatman. Basarnas malah lebih memercayai saksi lain yang ternyata meleset jauh dari temuan itu.

“Jika dari awal Basarnas mau mempertimbangkan keterangan saksi (Hatman), penemuan ekor pesawat itu harusnya tidak akan butuh waktu lama,” ucap salah satu perangkat Desa Kubu, Aliyansyah saat dihubungi via ponsel, Kamis (8/1).

BACA JUGA: OJK Buka Posko Percepatan Klaim Asuransi Keluarga Korban

Lanjut Aliansyah, pertama mendengar keterangan dari saksi, dirinya sudah mencoba melaporkannya kepada Polisi Perairan (Polair) Kobar, namun laporannya tidak langsung ditindaklanjuti.

“Katanya karena cuaca saat itu buruk,” ucap Aliansyah.

Sebelumnya, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo dalam konferensi pers beberapa lalu mengungkapkan, pihaknya tidak wajib melakukan koordinasi dengan nelayan, termasuk saksi mata jatuhnya pesawat naas itu.

“Kami hanya melakukan koordinasi dengan tim evakuasi dengan dasar petunjuk temuan yang ada, jadi tidak wajib berkoordinasi dengan para nelayan,” paparnya.

Temuan ekor pesawat itu nilai penting, diyakini black box (kotak hitam) yang berisi rekaman percakapan pilot dan di kabin pesawat berada di situ. Dengan rekaman itu, akan terungkap sebab pesawat yang mengangkut 162 orang itu mengalami kecelakaan.(fit/nto)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keluarga Korban: Uang Bagi Kami Tidak Berarti


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler