jpnn.com - SAMARINDA – Bisnis batu bara sedang lesu. Dampaknya bukan hanya melonjaknya angka pemutusan hubungan kerja (PHK), tapi juga memicu angka perceraian.
Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kaltim Hj Hardiana Muryani, menyampaikan, angka PHK di Kaltim kedua tertinggi di Indonesia.
BACA JUGA: Tinggal Klik, Semua Tempat Pariwisata di Jateng Ketemu Deh
Hingga pertengahan 2016 tercatat jumlah karyawan yang kena PHK sebanyak 11 ribu orang lebih.
“PHK ini kemudian diikuti dengan banyaknya wanita yang menggugat cerai suaminya,” katanya, seperti diberitakan Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Tak Tahu Pulpen Laduni, Hanya Diajari Selawat Tuyul dan Fulus
Sepanjang 2016 ini, angka perceraian di Kaltim tercatat sebanyak 8 ribu pasangan.
Dampak terbesar dari PHK dan perceraian itu adalah pada anak. Karena itu, menurut Hardiana, para orang tua harus berpikir lebih matang sebelum memutuskan berpisah, demi masa depan buah hatinya.
BACA JUGA: Siap-Siap Bakal Terapkan Parkir Elektronik
Tak sedikit, anak-anak yang kemudian ditemukan bermasalah. Penyebab awalnya adalah ketahanan keluarga yang rapuh karena orang tua bercerai,. Akibatnya, anak kekurangan kasih sayang.
“Narkoba, seks bebas, tawuran, mencuri, balapan liar dan semua perilaku negatif itu, di antaranya bisa dihindari dengan kasih sayang yang utuh dari orang tuanya,” ujarnya.
Sebab, ketika di rumah nyaman, anak tentu tidak lagi akan keluyuran di luar dan melakukan hal negatif. (eff/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hati-Hati.. Delapan Bulan Sudah Tujuh Pelajar Tewas
Redaktur : Tim Redaksi