Bisnis Mahar Pernikahan Semakin Menggiurkan

Kamis, 06 Desember 2018 – 00:45 WIB
Zariah adalah salah satu perajin mahar pernikahan di kawasan Hasanudin HM, Banjarmasin. Foto: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

jpnn.com - Zariah menekuni profesinya sebagai perajin mahar pernikahan. Ketika banyak pasangan naik ke pelaminan, dia kebanjiran order.

WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin

BACA JUGA: Ibu Penjual Gorengan ini Nekat Nyaleg Walau Tak Ada Uang

Kerajinan mahar bukanlah hal baru. Seiring berjalannya waktu, ini menjadi bisnis menjanjikan. Karena diburu bagi mereka yang pengin menikah.

Pemesan yang datang bukan cuma dari Kota Banjarmasin. Tapi juga dari luar daerah hingga ke Pulau Jawa.

BACA JUGA: Kisah Mengharukan Ircam Fanani Bisa Berangkat ke Sabah

Jalan Hasanudin HM, Kota Banjarmasin, menjadi salah satu tempat berkumpulnya para perajin mahar untuk pernikahan tersebut.

Nah, salah satu perajin di kawasan tersebut bernama Zariah. Ibu tiga anak itu sudah lama membuka kios di sana.

BACA JUGA: Keren! Inilah Bripka Okta Prasetiadi, Pembuat Game

Kiosnya berukuran sekitar 8 meter persegi. Di dalamnya puluhan kreasi uang mahar dipajang. Mulai dari berbentuk masjid, wajah, wayang, hingga bunga.

Ukurannya pun variatif, mulai dari seukuran kotak kardus mi, hingga sebesar televisi layar datar. Di samping deretan souvenir, tepat di dinding belakang, Zariah tampak sibuk melipat uang kertas dua ribuan.

Menurut Zariah, kerajinan mahar begitu diminati. Sebab, bisa dibuat dengan berbagai bentuk yang unik. Selain itu, pemesan juga bisa memesan sesuai dengan keinginan sendiri. “Tinggal bilang saja, mau dibuat seperti apa," ucapnya.

Belakangan, kiosnya lagi kembajiran orderan. Sebab, momentum bulan Maulid ini kerap dimanfaatkan pasangan untuk melangsungkan pernikahan.

"Ada yang memesan atau membeli langsung. Saya pribadi, bahkan sempat kehabisan stok suvenir yang saya buat beberapa minggu lalu,” akunya. Ia mengaku orderan meningkat dua kali lipat.

Untuk satu mahar jadi, Zariah mematok harga paling murah Rp250 ribu. Yang paling mahal, bisa jutaan rupiah. Tergantung ukuran dan tingkat kerumitan. Bahan dasarnya uang kertas asli dan koin.

Kerajinan melipat uang kertas serta mengkreasikan koin sebagai souvenir pengantin sudah dilakoni Zariah sejak 10 tahun silam. Dipelajarinya secara otodidak, tanpa berguru dengan siapapun.

“Mungkin karena ada darah seni dari ibu yang dahulu bekerja sebagai perajin kain Sasirangan. Dan ayah yang merupakan perajin emas,” ujarnya, seraya tersenyum. Sementara kedua jemarinya terus sibuk melipat-lipat uang dua ribuan menjadi bentuk bunga kecil.

Apa yang dikerjakan Zariah saat ini, memang itulah hobinya. Sebelumnya merangkai mahar, awalnya ia cuma membuat kerajinan tangan berupa kotak untuk diisi suvenir. Kotak yang dibuatnya, dilapisi dengan kain Sasirangan.

Suatu ketika, dia menerima order membuat kotak suvenir. Yang kemudian berlanjut pesanan merangkai mahar.

“Ketika kotak pesanan selesai, ternyata si pemesan menyuruh saya untuk membuat kerajinan uang mahar. Waktu itu, si pemesan berasal dari Jakarta. Saya coba, ternyata si pemesan bilang hasilnya sangat memuaskan. Dari situ kemudian saya tertarik untuk serius di bidang ini,” ceritanya.

Berapa waktu yang dibutuhkan Zariah merangkai mahar? Ternyata tak lama. Bahkan bisa selesai dalam dua jam untuk ukuran standar, sebesar kertas A4.

“Cepat atau tidaknya, tergantung pesanan. Kemudian berdasarkan besar dan kecilnya bentuk benda atau miniatur yang dikerjakan. Kemudian, tingkat kerumitannya,” jelasnya.

Lantas, berapa banyak uang kertas dan koin yang dia perlukan? Zariah menjawab: tergantung pemesan. Artinya, berapapun jumlahnya, bisa dibuat.

Namun, Zariah mengaku kerap menasihati pemesannya. Agar sebaiknya menghemat uang yang dijadikan souvenir. “Kan sayang, kalau uang jumlahnya besar dijadikan souvenir alias hanya dijadikan pajangan,” ucapnya.

Meski begitu, ia mengaku pernah mengerjakan mahar pernikahan yang jumlah uangnya besar. Yakni Rp15 juta. Belakangan dirinya baru sadar umumnya para pemesan berasal dari kalangan pengusaha atau pejabat.

“Yang lucunya, saya pernah diceritakan ketika si pemesan datang lagi ke toko ini. Si pemesan bilang kalau rumahnya sempat dimasuki oleh maling. Dan yang hilang ternyata justru suvenir uang mahar yang belasan juta tadi,” ungkapnya.

Dalam proses pembuatan mahar, bahan utama yakni uang, disediakan oleh Zariah. Kecuali, mata uang yang digunakan adalah mata uang asing. Sementara untuk mempercantik suvenir, biasanya ia menambahkan aksesori yang ia beli dari luar daerah.

“Agar terus berkembang dan tak membuat orang-orang bosan untuk memesan, sebagai perajin tentunya harus terus meningkatkan kualitas. Dan yang juga tak kalah penting, selalu berpikir kreatif agar kerajinan yang kita buat tak monoton,” tuntasnya.

Selain menerima pesanan merangkai mahar, Zariah juga kerap menerima orang yang datang untuk belajar. Mulai dari masyarakat biasa, hingga kalangan mahasiswa. (war/at/nur)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bayar Rp 20 Ribu, Jeruk Manis Petik Sendiri, Bawa Pulang


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler