Bisnis Waralaba Makanan Rakyat Mampu Bertahan di Tengah Pandemi

Jumat, 25 Juni 2021 – 20:44 WIB
Ilustrasi - Sentra Kuliner. Foto: Dok. JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bisnis waralaba menjadi salah satu sektor yang sangat terpukul oleh pandemi Covid-19. Bahkan sampai saat ini, kondisinya belum terlalu membaik.

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maupun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro oleh pemerintah terus mendorong penurunan omset pelaku bisnis waralaba, baik franchisor (pemberi waralaba) maupun franchisee (pembeli waralaba).

BACA JUGA: Baim Wong Ekspansi Bisnis Kuliner di Jawa Timur

Belum lagi dengan menurunnya daya beli masyarakat. Beberapa waktu lalu, pada April 2021, kepada CNBC Indonesia, Ketua Komite Tetap Bidang Waralaba Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Levita Ginting Supit, mengatakan terdapat 15 persen atau sekitar 953 gerai waralaba dari total 5.621 gerai dari 30 merek tutup selama pandemi Covid-19.

Namun, di balik itu semua, faktanya sektor kuliner bisnis waralaba masih mampu bertahan, bahkan ada yang masih superior di tengah gempuran pandemi.

BACA JUGA: Sate Cruise Party Amsterdam, Cara Unik Menikmati Kuliner Indonesia di Belanda

Salah satunya seperti bisnis ayam goreng atau fried chicken yang sering dijumpai di pinggir jalan.

Owner Crispy Fried Chicken Alexander Theo mengatakan semua bisnis terdampak pandemi. Namun kalau saya bilang, fried chicken tidak terlalu terdampak. Masih bisa survive. Tahun lalu, terjadi penurunan omset di kami itu sepanjang April-Mei sekitar 20-30 persen.

BACA JUGA: Bisnis Baut dan Mur di Indonesia Sangat Potensial

“Kalau di sektor lain bisa sampai lima puluh persen. Dan mitra-mitra juga masih berjualan. Di tahun ini sudah mulai ada peningkatan walau masih belum signifikan, sekitar enam persen. Jumlah mitra juga mulai kembali ada peningkatan. Selama Januari-Juni 2021 sudah ada empat puluh lima outlet Crispy Fried Chicken baru yang buka,” kata Alexander, Jumat (25/6).

Menurut dia, banyak juga sebenarnya mitra yang bergabung karena bisnis ini masih menjanjikan. Namun, ada berbagai strategi dan persiapan yang harus dilakukan agar bisnis tetap dapat bertahan bahkan bertumbuh di tengah pandemi.

Alexander menyebut selama pandemi Crispy Fried Chicken lebih memperkuat sistem manajemen seperti mempermudah pemesanan bahan baku secara online, pengiriman bahan baku yang cepat dan terjamin aman, dan layanan bantuan yang selalu stand by selama 8 jam kerja.

Alex bahkan masih tetap menggelontorkan modal usaha untuk menjalankan berbagai promosi, baik melalui media sosial, website, hingga YouTube.

“Crispy Fried Chicken sempat saat pandemi menggelontorkan sekitar Rp35 juta untuk memberikan cashback para mitra. Jadi mitra yang belanja bahan baku akan kami kasih cashback. Kami bantu agar usahanya tetap jalan dan bertahan,” ujarnya.

Dia pun mengungkapkan bisnis waralaba fried chicken masih menjadi salah satu pilihan yang sering diambil oleh masyarakat akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun yang ingin memiliki pemasukan tambahan imbas pandemi Covid-19.

Selain karena jumlah investasinya yang tak terlalu besar, potensi pasar di Indonesia yang sangat gemar menyantap fried chicken menjadi pertimbangan utama memilih bisnis satu ini.

“Sebab fried chicken itu makanan rakyat. Masyarakat Indonesia itu sangat suka ayam goreng. Jadi, tak heran kalau di mana pun kita buka pasti banyak pembelinya,” ujar dia.

Dia menceritakan belum lama ini mitranya grand opening di Pandeglang bisa habis 45 ekor ayam dalam satu hari.

“Kemudian juga mitra grand opening di Jembatan Besi, Jakarta bisa habis 25 ekor ayam satu hari,” kata pria yang terbiasa berbagi inspirasi melalui channel YouTube Crispyku Fried Chicken itu.

Hal senada pun diungkap oleh Pinkan, mantan karyawati yang kini memilih menjalani bisnis fried chicken di Kayuringin, Bekasi.

“Makanan yang enggak pernah bosan itu ayam. Ayam goreng juga jenis makanan yang dicari karena kebutuhan, bukan karena tren. Apalagi sekarang olahan ayam goreng makin banyak variannya. Ada geprek, sambal matah, penyet, dan lainnya. Jadi karena kebutuhan pokok orang-orang, makanya saya pilih bisnis ayam goreng,” kata Pinkan.

Lebih lanjut, Alex pun mendorong masyarakat Indonesia agar lebih aktif mengalokasikan dana yang dipunya untuk berinvestasi di sektor bisnis waralaba kuliner. Apa lagi konsep bisnis waralaba sangat mudah dijalankan mengingat franchisee tak perlu mempersiapkan apa pun selain tempat usaha.

Sebab, mulai dari bahan baku, SOP hingga materi promosi sudah dipersiapkan oleh franchisor.

Namun, Alex menekankan agar masyarakat bisa lebih selektif dalam memilih bisnis waralaba yang mau diambil. Sebab, tak jarang ada merek yang baru berdiri kurang dari lima tahun dan belum terbukti sustainable tetapi sudah berani menawarkan kemitraan atau waralaba.

Hal tersebut dianggap berbahaya karena dapat menjerumuskan masyarakat awam yang ingin berbisnis.

Untuk menghindari hal tersebut, Alex pun menyampaikan setidaknya ada beberapa kriteria yang dapat dilihat saat akan mengambil waralaba.

Pertama, bisa dilihat dari lama tahun berdiri dan jumlah mitra yang dipunyai, lalu besaran nilai investasi dan apa saja fasilitas maupun dukungan yang didapat dari franchisor, dan yang pasti sudah terbukti sustainable.

Berbagai informasi tersebut bisa didapat oleh masyarakat melalui media maupun situs-situs resmi merek waralaba seperti situs crispyku.com.

“Jadi, tak perlu khawatir. Masyarakat tetap bisa mengalokasikan dana untuk diinvestasikan ke bisnis waralaba dengan aman asalkan memperhatikan hal-hal tersebut,” kata Alex.

Menurut dia, dana tetap harus dialokasikan untuk investasi, bisa emas, saham, atau bisnis. Namun, yang paling menguntungkan tentu bisnis waralaba, karena bisnis ini punya perputaran cash flow yang jelas, mendapat dukungan pemerintah karena bisa membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.

“Bisnis ini bisa juga diwariskan ke anak-cucu kita,” pungkas Alex.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler