BMKG Ingatkan Wisatawan Waspada pada Rip Current

Selasa, 31 Juli 2018 – 18:08 WIB
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat memberikan informasi di Kantor Pusat BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat. Selasa (31/07). Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat yang bepergian dengan jalur laut agar berhati-hati.

Pasalnya, pada akhir Juli 2018 masih terjadi potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan di Indonesia.

BACA JUGA: Personel Polda NTB Dikerahkan Bantu Evakuasi Korban Gempa

"Untuk tujuh hari ke depan (31 Juli-5 Agustus 2018), masyarakat terutama nelayan perlu mewaspadai potensi gelombang potens tinggi yang bisa mencapai, 4.0 - 6.0 meter (very rough sea)," ujar Dwikorita.

Gelombang tinggi itu, tuturnya, berpeluang terjadi di Perairan Sabang, Perairan Mentawai, Perairan Bengkulu hingga barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga P.Sumba, Selat Bali - Selat Lombok - Selat Alas bagian selatan.

BACA JUGA: 3 Tewas, Gempa Susulan di Lombok Masih Terjadi

Kemudian 31 Juli-2 Agustus diperkirakan terjadi penurunan tinggi gelombang menjadi kategori Rough Sea.

Akan kembali terjadi peningkatan tinggi gelombang menjadi kategori Very Rough Sea pada 03 - 04 Agustus 2018.

BACA JUGA: Gelombang Tinggi, Nekat Melaut demi Dapur Ngepul

Sementara itu, tinggi gelombang 1.25 – 2.5 meter (Moderate Sea) berpeluang terjadi di Selat Ombai, Selat Sape bagian selatan, Laut Timor, Laut Natuna Utara, Perairan utara Kep. Natuna, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa dan Selat Makassar.

"Juga diprediksi terjadi di Laut Bali, Laut Flores, Perairan timur Sulawesi Tenggara, Laut Maluku, Laut Seram, Perairan utara Papua, Perairan Fak-fak - Kaimana, Perairan selatan Ambon, Laut Banda, Perairan Kep. Sermata hingga Kep. Tanimbar, Perairan Kep. Kai – Kep. Aru, Laut Arafuru," imbuhnya.

Sedangkan di Selat Malaka bagian utara, Perairan barat Aceh, Perairan timur P. Simeulue hingga Nias, Selat Sumba bagian barat, perairan selatan P. Sawu – P. Rote, Laut Sawu berpeluang terjadi tinggi Gelombang 2.5 – 4.0 meter (Rough Sea).

“Gelombang tinggi di Perairan Selatan Indonesia dipicu oleh kecepatan angin yang tinggi. Selain itu, kondisi ini diakibatkan adanya Mascarene High di Samudera Hindia (Barat Australia).Kondisi ini juga menyebabkan terjadinya swell akibat dari kejadian mascarene high yang menjalar hingga wilayah Perairan Barat Sumatera, dan Selatan Jawa hingga P. Sumba,” imbuh Dwikorita.

Mascarene High itu sendiri merupakan kondisi tekanan tinggi yang bertahan di Samudera Hindia (barat Australia) yang memicu terjadinya gelombang tinggi di Perairan Selatan Indonesia.

Untuk tiga hari ke depan, di wilayah perairan utara Bima diprakirakan terjadi potensi gelombang tinggi berkisar 0.5-0.75 m dan Perairan Selatan Bima berkisar 0.75-3.5 meter, Pelabuhan Bima Berkisar 0.5-0.75 m dan Perairan Samudera Hindia Selatan NTB berkisar 2.0 meter-4.0 meter.

Terkait dengan kejadian tenggalamnya kapal Kayu Berkat IIahi, Minggu lalu, Dwikorita mengungkapkan bahwa pihak BMKG telah memberikan peringatan dini terkait cuaca dan gelombang tinggi di sekitar perairan Sape, Bima, NTB yang telah disampaikan kepada syahbandar, setiap 12 jam .

Bahkan saat ini, telah bisa menginformasikan enam jam sebelum kejadian secara rutin.

“Kantor kami, Stasiun Meteorologi Bima telah melakukan berbagai langkah-langkah sebagai salah satu langkah respon terhadap kejadian tenggelamnya kapal Kayu Berkat Ilahi, seperti telah memberi hasil dan desiminasi melalui prakiraan cuaca penyeberangan yang disampaikan secara rutin serta melakukan koordinasi dengan Basarnas untuk melakukan evakuasi korban,” ujar Dwikorita.

Dia juga mengingatkan masyarakat nelayan dan pelaku kegiatan wisata bahari agar memerhatikan tinggi gelombang laut mencapai 2 meter atau lebih di sekitar wilayah Perairan Selatan Bima dan Perairan Samudera Hindia Selatan NTB.

Dwikorita pun mengimbau bagi masyarakat yang sedang menikmati keindahan pantai agar waspada pada bahaya “Rip Current”.

Yaitu arus kuat air yang bergerak menjauh dari pantai sehingga bisa menyapu perenang terkuat sekalipun.

Rip/ Back Current terjadi karena adanya pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai sehingga menyebabkan terjadinya arus balik dengan kecepatan tinggi hingga lebih 2 m/detik, tergantung kondisi gelombang, pasang surut dan bentuk pantai.

“BMKG pun berupaya memberikan peringatan bahaya “Rip Current" kepada masyarakat melalui media sosial," pungkas Dwikorita. 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ombak Setinggi 1,5 Meter, Jangan Melaut Hari Ini


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler