jpnn.com, JAKARTA - Lalu lintas penerbangan makin rumit karena jumlah maskapai meningkat dua kali lipat setiap 15 tahun.
Hal itu menuntut lembaga-lembaga transportasi mengambil langkah meningkatkan keselamatan penerbangan.
BACA JUGA: Peraturan Perhubungan Udara Bakal Dikurangi Secara Bertahap
Salah satunya yang dilakukan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) dengan mengenalkan aircraft meteorological data rela (AMDAR) di Gedung BMKG, Jakarta Pusat, Senin (22/5).
AMDAR merupakan sistem observasi parameter cuaca paling efisien berdasarkan biaya dan manfaat serta melengkapi pengamatan di darat maupun di lapisan atas. AMDAR berkontribusi terhadap peningkatan akurasi prakiraan angin dan temperatur udara di rute penerbangan.
BACA JUGA: Madina Kembali Diguncang Gempa 4,6 SR, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami
Hal tersebut bermanfaat terhadap peningkatan efisiensi operasional pesawat dalam hal penggunaan bahan bakar dan peningkatan keselamatan operasional penerbangan.
AMDAR merupakan program navigasi global yang diiniasi World Meteorological Organization (WMO) yang bekerja sama dengan industri penerbangan dalam mengembangkan sistem pengamatan cuaca.
BACA JUGA: Perubahan Iklim Jadi Tantangan BMKG
“Melalui AMDAR yang merupakan teknologi baru di dalam dunia penerbangan ini mewajibkan pesawat terbang untuk mengumpulkan data cuaca dan nantinya mengirimkan ke receiver di darat (ground) melalui komunikasi VHF (aircraft communications addressing and reporting system),” kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya.
Dia menambahkan, jika AMDAR berjalan bagus, global navigation program juga akan terlaksana dengan baik.
Saat ini, sebanyak 40 negara di dunia dengan jumlah pesawat lebih dari empat ribu unit berpartisipasi dalam AMDAR.
Namun, maskapai di Indonesia belum ada yang ambil bagian. BMKG telah meng-instal Sistem Pengamatan Cuaca Penerbangan Otomatis di 91 bandar udara.
Tahun ini, BMKG kembali memprogramkan instalasi Sistem Penerbangan Cuaca Otomatis di 42 bandara.
Implementasi AMDAR di Indonesia sudah diimplementasikan oleh BMKG bersama Direktorat Jendral Perhubungan Udara dan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) pada awal Maret lalu.
Di sisi lain, perwakilan WMO Dean Lockett mengatakan, program itu telah berjalan 30 tahun.
“Itu penting dilakukan karena kami harus menyediakan program untuk mengetahui parameter cuaca sehingga dapat meningkatkan akurasi dan mengurangi dampak risiko yang ditimbulkan karena faktor cuaca,” ujar Lockett.
Dean menambahkan, data AMDAR terbukti mampu meningkatkan akurasi prakiraan fenomena cuaca berbahaya di rute penerbangan.
Pada April lalu, AIRNAV Indonesia mempublikasikan bahwa saat ini terdapat 278 Kantor Pelayanan Navigasi Penerbangan yang melayani 680 bandar udara di seluruh Indonesia.
Namun, untuk saat ini, BMKG hanya memiliki stasiun meteorologi di 96 bandar udara.
Untuk melayani semua bandar udara yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, BMKG secara bertahap mengimplementasikan otomatisasi layanan meteorologi penerbangan dengan sistem clustering. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mei, Penerbangan Internasional Garuda Pindah
Redaktur & Reporter : Ragil