BMKG Pastikan Kebakaran Kilang Minyak Balongan tidak Dipengaruhi Sambaran Petir

Selasa, 30 Maret 2021 – 00:40 WIB
Tampak Kilang minyak PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan, Kabupaten Indramayu alami kebakaran hebat, Senin (29/3) dini hari. Foto: Instagram/indramayuinfo

jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan peristiwa kebakaran yang melanda kilang minyak Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/3) dini hari tidak dipengaruhi sambaran petir.

"Berdasarkan alat monitoring lightining detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung dari pukul 00.00 hingga pukul 02.00 WIB bahwa tidak terdeteksi adanya aktivitas sambaran petir di wilayah kilang minyak Balongan, Indramayu," kata Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu Rahmat Triyono melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (29/3) malam.

BACA JUGA: Kilang Minyak Balongan Terbakar, Waspada Kelangkaan BBM di Wilayah Strategis Nasional

Rahmat mengatakan kebakaran kilang minyak Balongan milik Pertamina di Indramayu sekitar pukul 00.45 WIB, telah ditindaklanjuti BMKG dengan melakukan analisis terhadap kejadian sambaran petir di sekitar lokasi.

BMKG melaksanakan monitoring aktivitas sambaran petir di seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan alat pendeteksi petir di 56 lokasi.

BACA JUGA: Mengenal Kilang Minyak Pertamina RU VI Balongan yang Hangus Terbakar

"Monitoring dilakukan menggunakan alat lightning detector dengan resolusi alat monitoring BMKG efektif pada radius 300 kilometer," katanya.

Alat monitoring ini terpasang di 11 stasiun BMKG dan di Pulau Jawa untuk memantau aktivitas petir dari Banten hingga Jawa Timur.

BACA JUGA: Kilang Minyak Pertamina RU VI Balongan Hangus Terbakar, Bang Azis Bereaksi Keras

Berdasarkan hasil monitoring alat kelistrikan udara, kata Rahmat, pada saat kejadian kebakaran sekitar pukul 00.00- 02.00 WIB, menunjukkan kerapatan petir berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan sejauh kurang lebih 77 kilometer, yaitu di sekitar Subang, dengan klasifikasi tingkat kerapatan petir sedang hingga tinggi.

Petir adalah kilatan listrik di udara yang disertai bunyi gemuruh karena bertemunya awan yang bermuatan listrik positif dan negatif.

"Petir mempunyai tiga tipe, yaitu dari awan ke awan, di dalam awan dan dari awan ke bumi. Petir yang paling berbahaya bagi kehidupan di bumi adalah dari awan ke bumi," pungkas Rahmat Triyono. (antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler