Bocah-bocah SD Itu Harus Jalan Kaki Dua Jam, Bertemu Ular dan Babi Hutan

Sabtu, 05 September 2015 – 07:05 WIB
Perjuangan bocah-bocah SD untuk menuntut ilmu. Foto: Padang Ekspres/JPG

jpnn.com - LIMA murid SDN 12 Payo Tanahgaram, Solok, Sumbar, itu harus menempuh perjalanan selama dua jam dengan berjalan kaki melewati rimba belantara untuk menuju sekolahnya.

Mereka juga sering bertemu ular dan babi hutan saat dalam perjalanan dari rumah ke sekolah atau dari sekolah ke rumah. Tak jarang pula mereka harus menahan lapar karena tak sempat sarapan pagi ke sekolah. Beruntung, di sekolah mereka mendapatkan makanan tambahan untuk penganjal perut seusai pulang sekolah.
--------------
Riki Chandra
-------------
Raut letih lelah  terlihat dari wajah tiga murid SDN 12 Payo Tanahgaram  yang berasal dari Kayumanang ketika berjalan dari sekolah menuju ke rumah. Tiga anak kecil itu lalu berhenti sejenak. Mereka mengeluarkan pakaian ganti dari dalam tasnya dan memasukan seragam merah putihnya ke dalam tas.

BACA JUGA: Penerima Beasiswa Dahlan Iskan, Mahasiswa Berprestasi di Universitas Surya

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan dengan bersenda-gurau. Tak  ada ketakutan di wajah mereka. Meski  mereka harus keluar masuk kawasan hutan belantara. Bagi mereka, rasa takut dan capek itu seakan hilang, saat sudah melihat sekolah dan teman-teman mereka.

Buruknya akses jalan mengharuskan putra-putri dari Kabupaten Solok ini menuntut ilmu di SDN Kota Solok. Padahal, Kayumanang berada di Nagari Salayo yang dikenal salah satu nagari termaju di Kabupaten Solok.

BACA JUGA: Pemerintah Baca Ini! Generasi Kita Terancam Bodoh Karena Asap

Namun, sampai hari ini, akses jalan menuju Kayumanang masih dengan jalan setapak dan tak bisa dilalui kendaraan roda dua, apalagi kendaraan roda empat. Sehingga, SD yang berada di Jorong Batupalano tidak dapat ditempuh murid-murid dari Kayumanang, karena akses jalan menuju Salayo tidak ada.

Para pelajar itu sudah berangkat dari rumah pukul 05.30 dan sampai ke sekolah pukul 08.00. Mereka harus menempuh perjalanan dengan melewati bukit dan lembah yang pada kanan- kirinya merupakan kawasan hutan.

BACA JUGA: Patah Kaki dan Sempat Berpikir Karir Habis, Kini Dia Menjadi Legenda

Jarak tempuh dari Kayumanang menuju SDN 12 Payo di Tanahgaram tidaklah jauh. Hanya saja, kondisi jalan yang menanjak dan menurun curam membuat perjalanan murid-murid ini lambat. Apalagi, sebelum jalan dicor oleh Pemko Solok, kondisi jalan setapak bertanah lebih memprihatinkan lagi.

Siswa kelas IV SDN 12  Tanahgaram, Idul, 11, menuturkan ia membawa pakaian ganti supaya seragam sekolahnya tak kotor dan bisa dipakai keesokan harinya.

"Kalau tidak pakai baju ganti, nanti seragam saya kena getah tumbuhan. Karena saya dan teman-teman jalan kali di semak belukar juga," ucapnya sambil terus berjalan bersama adiknya Wulan Sundari yang baru duduk kelas I SD.

Menurut Idul, lonceng pulang di sekolah berbunyi pukul 13.00. Namun, ia dan adiknya  Wulan dan teman-temannya baru sampai di rumahnya masing-masing paling cepat pukul 15.00 hingga pukul 16.00.

"Kalau ada sepeda motor orang ke ladang dan dapat numpang, kami numpang,"  ucap Idul sambil tersenyum.

Berbagai pengalaman pernah dilalui bocah-bocah kecil ini, saat berjalan kaki di lereng bukit. Mulai dari bertemu ular hingga babi hutan. Namun, itu sudah dianggap hal wajar bagi pelajar ini dan tidak terlalu diambil pusing dan ditakutkan.

Murid lainnya Afdalul Ikhwah, 9, mengaku tak pernah sarapan pagi sebelum ke sekolah. Karena, pada pagi buta, ia sudah berangkat ke sekolah. "Kalau makan dulu, nanti telat sampai di sekolah," ucap murid kelas 2 SD ini.

Hanya jajanan dan pemberian makanan tambahan di sekolah yang membantu fisik Idul dan kawan-kawannya tetap kuat berjalan kaki sekitar 4 jam lebih pulang-pergi dari Kayumanang menuju Sekolah.

Kendati demikian, Idul mengaku tak mau putus sekolah. Dia bertekad untuk terus melanjutkan pendidikannya hingga jenjang SMA. "Saya ingin terus Sekolah, mudah-mudahan nanti ada yang lebih dekat ke Kabupaten Solok. Jadi, kami tak perlu jauh lagi berjalan kaki," harap Idul.

Harapan adanya akses jalan menuju Kayumanang itu juga disampaikan Anto, 42, ayah Idul yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh ladang itu. "Kami ingin pula anak-anak kami menjadi perhatian Kabupaten Solok agar pendidikan mereka terus berlanjut, tidak seperti ayah-ibunya yang tak tamat SD ini," katanya.

Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 12 Tanahgaram, Desriyondra menyebutkan, satu tahun belakangan  muridnya dari Kayumanang jarang libur. Karena jalan yang mereka lalui sudah cukup baik," ucapnya.

Biasanya, lanjut Desriyondra, saat musim hujan, rata-rata murid dari Kayumanang tidak sekolah. Alasannya, jalan becek dan susah dilewati. "Kalau cuaca panas, jalan bagus, anak-anak Kayumanang tidak pernah terlambat datang ke sekolah," sebutnya.

Lebih lanjut Kepsek ini memaparkan, mayoritas dari 173 murid SDN 12 Tanahgaram ini adalah murid kurang mampu. Bisa disebut 80 persen murid di sekolah yang berprestasi nasional itu berasal dari keluarga miskin. Namun, pihak sekolah tetap mengupayakan para muridnya itu mendapat Bantuan Siswa Miskin (BSM) dari Pemerintah.

Kendati demikian, khusus untuk putra-putri Kayumanang, pihak Sekolah mengaku hanya dapat memberi bantuan melalui bantuan program yang dianggarkan APBN. "Kalau bantuan dari APBD, mereka memang tidak dapat karena asalnya dari Kabupaten bukan Kota Solok," sebut Kepsek yang sudah 5 Tahun menjadi nahkoda SDN tersebut.

Disamping itu, sekolah juga memberikan penyediaan makanan tambahan yang dipelopori Pemko Solok untuk penggenjotan gizi murid. Bagi murid lain yang tidak hadir, lebih makanan tambahan itu akan diberikan pada murid dari Kayumanang sebagai bekal makanannya selepas pulang sekolah.

"Kadang mereka tak makan berangkat sekolah, sebab setengah 6 pagi murid Kayumanang sudah harus berangkat dari rumah ke sekolah," kata Desriyondra. ***

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Iwan Fals saat Kuliah, Buku Ini Aku Pinjam, Mata Indah Bola Pingpong


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler