jpnn.com - SUKABUMI - Setelah digegerkan oleh tindakan Emon terkait kasus pedofilia beberapa pekan terakhir, kali ini kasus pelecehan terhadap anak di bawah umur terjadi di Kampung Cikukulu Desa Cisande Kecamatan Cicantanyan, Sukabumi.
Melati-bukan nama sebenarnya- mengalami trauma setelah digagahi tetangganya sendiri. Yang parah dan mencengangkan, pelaku pemerkosaan berinisial KRM, masih duduk di bangku kelas III SD.
BACA JUGA: Inilah Catatan Emon tentang Kerinduan pada Almarhum Ayahnya
Kejadian memilukan yang dialami siswi TK ini terjadi November 2013 silam. Namun, dampak psikologisnya, hingga sekarang, masih dirasakan bocah berumur enam tahun ini.
Tak jarang, Melati sering menunjukan trauma kepada keluarganya. Bukan hanya itu, penyakit di alat vitalnya juga tak kunjung sembuh total.
Menurut informasi yang diperoleh Radar Sukabumi, pelecehan tersebut terjadi sejak ibu kandung korban FA bekerja di Arab Saudi. Paman korban Taj (37), menuturkan, apa yang dialami keponakannya terjadi selama empat kali.
BACA JUGA: Bocah SD Sodomi Lima Anak
"Kejadian ini diketahui setelah ibunya pulang dari Arab Saudi beberapa waktu lalu. Dia sering kesakitan pas saat kencing dan mengeluarkan nanah serta darah. Setelah ditanya beberapa kali, baru dia mengaku dilecehkan," kata Tajudin kemarin.
Putri pasangan Zu dan FA ini menurutnya dilecehkan di tempat berbeda-beda. Yakni Lapangan Hotel Augusta Cikukulu, WC umum kampung, perkebunan jagung dan di rumah kosong.
"Pada waktu kejadian saya dan ibunya melaporkan kejadian ini ke Polsek Cibadak. Setelah divisum, benar saja alat kelamin dia rusak dan mengeluarkan darah sampai sekarang. Namun, setelah melakukan musyawarah, akhirnya kami sepakat masalah ini diurus secara kekeluargaan," jelasnya.
Yang ironis, seiring waktu, pihak keluarga tersangka hanya memberikan santunan kesehatan sebanyak dua kali dengan nominal Rp150 ribu. Tetapi sampai saat ini, korban yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara ini belum sembuh total sehingga kerap mengeluh dan bahkan menangis akibat trauma yang panjang.
"Gimana tidak sakit, setelah kejadian ini dia sempat diolok-olok teman-temannya," ujarnya.
Taj menambahkan, luka lama keponakannya kerap memuncak apabila Melati bertemu dengan pelaku yang memang tak berjauhan tempat tinggalnya. "Kalau pas dia (pelaku) lewat, ya sudah, bawaannya menangis terus. Makanya saya ingin, keluarga korban pindah saja. Saya takut, ponakan saya lebih trauma," imbuhnya.
Insiden pemerkosaan tersebut kemarin juga menarik Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi. Bahkan, Ketua PKK Kabupaten Sukabumi Fatimah Sukmawijaya langsung menemui keluarga korban. Menurut dia, meski kasus ini terjadi sejak delapan bulan lalu, namun korban harus menjalani penyembuhan mental dan psikologisnya.
"Ke depan kami akan melakukan beberapa solusi terkait masalah ini dengan memanggil orang tua korban dan pelaku untuk berunding bagaimana baiknya dengan tokoh masyarakat agar kejadian ini tak lagi terjadi," jelas Fatimah.
Hal senada diungkapkan Kadisdik Kabupaten Sukabumi Maman Abdurahman yang menyempatkan datang ke rumah korban. Baginya, insiden ini terjadi akibat perilaku menyimpang si anak yang tidak terkontrol oleh orang tua.
"Masalah ini bukan hanya tugas pemerintah saja, namun ada beberapa elemen yang harus berperan aktif di antaranya orang tua korban dan lingkungan yang baik. Pengaruh teknologi juga tak bisa dibendung. Makanya di sini, pengawasan orang tua adalah hal paling penting," tukasnya. (hnd/t)
BACA JUGA: Ngaku Malu, Ibu Buang Bayi di Sumur hingga Tewas
BACA ARTIKEL LAINNYA... Suami Dibacok jadi Tersangka, Istri Marahi Polisi
Redaktur : Tim Redaksi