jpnn.com - BOGOR - Hati-hati bagi Anda yang memiliki anak gadis yang sedang menjalani masa pubertas. Terbongkarnya kasus penjualan anak di bawah umur, di Papua, oleh Satuan Reskrim Polres Bogor Kota, ternyata menguatkan bukti bahwa Bogor menjadi sentra bisnis human trafficking nasional.
Kasat Reskrim Polres Bogor Kota, AKP Chondro Sasongko mengatakan, ini gadis-gadis belia di Kota Bogor wajib dipantau pergaulannya. Bogor sudah menjadi zona utama perekrutan bisnis trafficking.
BACA JUGA: ABG Diperkosa Bergilir
Incaranya adalah, anak-anak ABG yang putus sekolah dan sedang kebingungan mencari pekerjaan. “Kami akan melakukan pengawasan dan mengidentifikasi tempat-tempat penampungan tenaga kerja sementara,” ungkapnya.
Chondro menegaskan, tidak ada unsur keterlibatan alias beking aparat dalam bisnis ini. “Sampai saat ini, kami belum menemukan keterlibatan anggota,” kata dia.
BACA JUGA: Pakai Sabu agar Kuat Angkat Barang
Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang ini mengatakan, maraknya kasus trafficking adalah dampak minimnya lapangan pekerjaan, dan tingginya anak putus sekolah. “Apalagi di Bogor banyak anak putus sekolah. Ini menjadi sasaran empuk pelaku,” kata dia.
Kasus trafficking di Bogor memang sudah mecengangkan. Sebulan terakhir, polisi berhasil membongkar sedikitnya tiga kasus. “Korbannya semakin hari semakin bertambah. Sebulan ini, kami mendata ada 30 korban anak umuran ABG yang sudah menjadi korban,” bebernya.
BACA JUGA: Pegawai Koperasi jadi Korban Mutilasi
Modus para pelaku pun beragam, mulai dari mengimingi pekerjaan hingga meminjamkan uang sebagai jaminan, sampai korban tak mampu mengembalikan dan akhirnya pasrah menerima setiap tawaran.
Chondro menyebut, kasus trafficking di Indonesia sudah berkali-kali menjadi objek bidikan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), lantaran sudah masuk dalam eskalasi bisnis internasional. Artinya, Indonesia masuk mata rantai bisnis haram ini. “Ini adalah motif ekonomi dengan keuntungan dahsyat karena perputaran uang tembus sampai ratusan juta,” kata dia.
Terpisah, Pengamat Sosial Lembaga Studi Advokasi dan Pembangunan (LSAP) Dian Arahim mengatakan, maraknya aksi trafficking berawal dari susahnya hidup dan sulitnya mencari pekerjaan. “Kesulitan itu semua yang memicu penjualan anak ABG meningkat,” kata dia.
Peran keluarga dan sekolah, kata dia, sangat dituntut untuk memberikan pengarahan kepada generasi muda, yang mulai salah jalan. “Anak-anak muda, khususnya gadis-gadis harus lebih berhati-hati dalam mencari pekerjaan. Jangan tergiur dengan kemewahan dan iming-iming gaji yang besar,” pungkasnya.(cr16/c)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Curi Spion untuk Beli Putau
Redaktur : Tim Redaksi