jpnn.com - INDONESIA tiba-tiba jadi negeri sepakbolaSemua orang bicara bola
BACA JUGA: Gorbachev pun Mundur di Tahun ke-7
Mulai dari presiden sampai sinden tergila-gila bolaBACA JUGA: Korupsi Sebagai State Organized Crime
Tim nasionalnya bagaikan kesebelasan raksasa yang siap melumat tim negara manapunNyanyian “Garuda di dadaku..,” yang diadaptasi dari lagu daerah Papua (Apuse), seketika jadi lagu kebangsaan
BACA JUGA: Trio Pendekar Hukum Pilihan Presiden
Senantiasa bergema di stadion, mengiringi kemenangan demi kemenangan timnas Indonesia atas lawan-lawannyaMalaysia, Laos, Thailand, Filipina, dilibas nyaris tanpa balasMaka dari lapangan hijau itu, atmosfir “merah putih” membayang di langit khatulistiwaMerangsang jutaan pasang mata menengadahBangga Penuh harapMembuat semua persoalan bangsa seperti menguap Keterpurukan di hampir semua lini akibat lemahnya visi dan kepemimpinan nasional tersingkir dari hati yang luka.
Sayang, kompetisi antar-negara di Asia Tenggara yang diselenggarakan AFF (Asean Football Federation) itu, hanya sesaatPada Rabu, 29 Desember sudah finalSehingga kalau toh akhirnya Indonesia juara, euforia kemenangan umurnya paling lama dua pekan
Setelah itu, rakyat Indonesia bakal kembali bergelimang persoalan kehidupan yang seragamDaya beli menurunKebutuhan hidup melonjak Mereka lalu kembali mempersoalkan kenapa persoalan-persoalan yang semula tidak menjadi persoalan sekarang tumbuh jadi persoalan yang tak terselesaikan? Kenapa kita sering terperosok ke lubang yang sama berkali-kali? Kenapa para pemimpin politik formal di negeri ini menjadi seperti keledai?
Bila sudah begini, kesadaran rakyat niscaya akan kembali seperti sediakalaSehingga kita mampu melihat ASEAN menjadi hanya sepenggal kawasan di pojok AsiaMaka ajang sepakbola Piala AFF Suzuki 2010 pun sesungguhnya bukan Piala Asia yang melibatkan seluruh negara di benua AsiaSudah tentu dibandingkan dengan Piala Dunia, AFF Suzuki Cup ini hanya sepersekiannya… Ibarat kejuaran tingkat provinsi
Kalau kesadaran sudah kembali normal, tentu bakal merasa sangat wajar bila Timnas Merah Putih sanggup melibas Filipina, Laos, bahkan MalaysiaSebab dilihat dari sudut mana pun, Indonesia memang lebih unggulBahkan Presiden Yudhoyono merupakan satu-satunya pemimpin ASEAN yang punya album lagu!
Lalu kenapa kemarin kita begitu bersukacita secara sangat berlebihan melihat Timnas sanggup melibas Filipina, bahkan tatkala berhasil melumat negeri sekecil Laos? Kenapa pula pemain produk naturalisasi seperti Gonzales dan Irfan Bachdim yang jadi topik di hampir seluruh warung kopi di negeri ini?
Pertanyaan yang banyak ini sebenarnya memang sulit dijawabKalau toh ada yang bisa menjawabnya, setiap orang pasti berbedaSehingga perlu ahli statistik untuk menyimpulkannya
Tapi semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu pasti tidak penting bagi kitaKarena jawaban yang benar dan penting dicatat atas semua itu sudah beredar di HP, twitter, facebook dan warung-warung pinggir jalan:
“Kalau dua pemain bola hasil naturalisasi saja bisa mengangkat prestasi persepakbolaan nasional, bagaimana kalau presiden juga orang hasil naturalisasi?”
Pernyataan yang berkembang di masyarakat ini, bukan hanya membuktikan bahwa bangsa Indonesia tidak hanya ingin berprestasi di dunia sepakbola belaka, tapi juga di sektor lainCuma dengan model kepemimpinan seperti sekarang, apa mungkin?
Makanya, kita mimpi punya pemimpin kualitas imporHasil naturalisasi
Tentu saja ini pandangan yang sesatSebab sesungguhnya, banyak orang di Indonesia memiliki kualitas kepemimpinan yang baikCuma orang-orang seperti itu tidak akan sanggup berkompetisi model di negeri ini sekarang, karena mereka pasti tidak tega merampok uang rakyat untuk membeli parpol dan suara di bursa pemiluMakanya… [**]
BACA ARTIKEL LAINNYA... TKI di Seberang Lautan Juga Tak Tampak
Redaktur : Tim Redaksi