jpnn.com, BRASILIA - Rezim Brasil berganti. Putaran kedua pemilihan presiden (pilpres) pada Minggu (28/10) mengantar Jair Bolsonaro sebagai kepala negara. Dia mengamankan 55,1 persen suara.
Raihan suara itu lebih dari cukup untuk membuatnya melenggang menjadi orang nomor satu Brasil. Pesaingnya, Fernando Haddad, harus mengakui kemenangan tokoh Partai Sosial Liberal (PSL) tersebut.
BACA JUGA: Bolsonaro Tempe Atau Kedelai
"Kita akan mengubah nasib Brasil," ujar Bolsonaro dalam pidato kemenangannya sebagaimana dilansir Reuters kemarin, Senin (29/10).
Masa kepemimpinan tokoh 63 tahun itu bakal dimulai 1 Januari 2019. Dia akan menjadi presiden pertama Brasil yang punya latar belakang militer sejak berakhirnya era kediktatoran pada 1985.
BACA JUGA: Pilpres Brasil Dua Putaran, Kubu Kanan di Atas Angin
Dalam rangkaian kampanyenya, Bolsonaro selalu mengusung tema perubahan. Dia berjanji membawa Brasil ke arah yang lebih baik. Era baru Brasil, menurut dia, bakal ditandai dengan pemberantasan korupsi. Dia juga akan menghentikan praktik korupsi dalam tubuh pemerintah.
Selama empat tahun terakhir, rakyat Brasil terus disuguhi kasus-kasus korupsi yang melibatkan para petinggi negara. Dua nama besar yang tidak luput dari penyelidikan adalah mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dan mantan Presiden Dilma Rouseff.
BACA JUGA: Brasil Terancam Kembali Dikuasai Rezim Tangan Besi
Investigasi terhadap dua mantan kepala pemerintahan itu dikenal dengan nama Operacao Lava Jato alias Operasi Cuci Mobil.
"Saya bisa melihat masa depan, perawatan kesehatan, pendidikan, dan keamanan yang lebih baik bagi putra saya. Itu sesuatu yang tidak kami miliki selama bertahun-tahun," ujar Rafael Gomes, salah seorang pendukung Bolsonaro, kepada The Guardian.
Sebaliknya, para pendukung Haddad meratap. Mereka menangisi penegakan HAM dan pelestarian lingkungan hidup Brasil. Sebab, Bolsonaro adalah ancaman bagi mereka. (sha/c14/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolak Capres Misoginis, Perempuan Brasil Turun ke Jalan
Redaktur & Reporter : Adil