Pilpres Brasil Dua Putaran, Kubu Kanan di Atas Angin

Selasa, 09 Oktober 2018 – 07:52 WIB
Pemimpin masa depan Brasil: Jair Bolsonaro (kiri) berhdapan dengan Fernando Haddad

jpnn.com, BRASILIA - Prediksi lembaga-lembaga survei Brasil tidak meleset. Jair Bolsonaro unggul dalam pemilihan presiden (pilpres) Minggu (7/10). Raihan suaranya pun tidak sampai 50 persen. Artinya, pilpres Brasil bakal berlanjut ke putaran kedua pada akhir bulan ini.

"Jair Bolsonaro mendapatkan 46,7 persen suara," kata Rosa Weber, hakim pengadilan elektoral, seusai pemungutan suara.

BACA JUGA: Brasil Terancam Kembali Dikuasai Rezim Tangan Besi

Menurut Associated Press, perolehan suara Bolsonaro yang diusung Partai Sosial Liberal (PSL) itu jauh lebih baik daripada ramalan lembaga-lembaga survei Brasil. Hingga menjelang pemungutan suara, Bolsonaro diperkirakan hanya akan meraih 35 persen suara.

Sebenarnya, Bolsonaro bisa langsung melenggang ke kursi presiden apabila perolehan suaranya bertambah 4 persen saja. Sebab, dibutuhkan minimal 50 persen suara untuk menyelesaikan pilpres dalam satu putaran.

BACA JUGA: Tolak Capres Misoginis, Perempuan Brasil Turun ke Jalan

Karena sudah nyaris melampaui batas, bapak lima anak itu sempat menyalahkan kerusakan mesin sebagai penyebab tertundanya kemenangan.

Kendati demikian, Bolsonaro optimistis akan menang dalam pilpres putaran kedua. Rencananya pemungutan suara kali kedua berlangsung pada 28 Oktober.

BACA JUGA: Ngeri, Capres Ambruk Bersimbah Darah saat Kampanye

"Kita pasti bisa mengubah Brasil. Jangan termakan rayuan gombal sosialisme dan komunisme," seru tokoh 63 tahun itu sebagaimana dilansir CNN.

Pada pilpres putaran kedua nanti, Bolsonaro akan bertarung dengan Fernando Haddad. Dengan strategi dan ideologi yang berbeda, mereka harus bisa merebut simpati sebanyak-banyaknya penduduk Negeri Samba.

Minggu Haddad mengantongi 28,5 persen suara saja. Karena itu, Bolsonaro yakin akan bisa mengalahkan mantan wali kota Sao Paulo itu dengan mudah.

Dukungan untuk Haddad mengalir dari massa Luiz Inacio Lula da Silva. Kendati sudah meninggalkan tampuk kekuasaan sejak 2011, Lula masih sangat dicintai. Pendukungnya masih sangat banyak.

"Tanpa basis pendukung Lula, saya tak yakin dia (Haddad) bisa mendapatkan 1 persen suara pun," ujar BrianWinter, pengamat politik dari Council of The Americas, kepada Al Jazeera.

Matthew Taylor, pakar politik Amerika Latin, menyatakan bahwa Bolsonaro akan menggunakan isu ekonomi untuk melemahkan dukungan terhadap Haddad. "Itu adalah titik terlemah Haddad," tegasnya.

Sebagai kandidat yang diusung Partai Pekerja (PT), Haddad dianggap sebagai penerus Lula. Sayang, Lula yang diagung-agungkan karena kebijakan populisnya itu juga koruptor. Karena itu, kasus korupsi Lula akan menjadi senjata ampuh lawan untuk menggembosi para pendukung Haddad.

Sejak sebelum pilpres putaran pertama berlangsung pun, Bolsonaro memang sudah membawa-bawa isu tersebut dalam kampanyenya. Dia berkali-kali mengatakan bahwa Brasil akan hancur jika mempertahankan sistem ekonomi Lula. Dia mengklaim dirinya sebagai satu-satunya jawaban bagi ancaman krisis ekonomi.

Bolsonaro mengandalkan kebijakan keras ala Presiden AS Donald Trump dalam kampanyenya. Dia bertekad menghapus sistem pemerintahan sayap kiri yang sudah ternoda korupsi. Dia berjanji memprivatisasi perusahaan negara jika terpilih.

Bolsonaro boleh saja merasa unggul di bidang ekonomi. Tetapi, dia juga bukan kandidat favorit. Terutama, karena dia tidak ragu menyatakan bahwa era junta militer lebih baik daripada pemerintahan saat ini. (bil/c10/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelas-Jelas Koruptor, Masih Juga Diusung jadi Capres


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler