jpnn.com - MEDAN – Upaya aksi bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Masyur, menghebohkan Kota Medan, Minggu (28/8) pagi.
Namun, dugaan aksi teror ini berhubungan dengan ISIS sangat kecil kemungkinannya, karena pelaku terlalu amatiran.
BACA JUGA: Indahnya Toleransi, 100 Umat Muslim Ikuti Pengajian di Halaman Gereja
Menurut pengamat dari Universitas Sumatera Utara, Shohibul Anshor Siregar, pelaku bom bunuh diri tersebut tidak mungkin terkait ISIS.
Bahkan, Shohibul berani menjamin bahwa pelaku bom bunuh diri tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan ISIS maupun komunitas Islam lainnya.
BACA JUGA: Informasi Penting bagi Penunggak Pajak Kendaraan Bermotor
“Terlalu amatiran jika itu dikaitkan dengan ISIS. ISIS itu organisasi bentukan negara-negara besar yang saat ini berkuasa secara ekonomi dan politik serta budaya dunia. Saya jamin 100 persen ini tdak terkait dengan ISIS, apalagi komunitas Islam mana pun," katanya kepada wartawan, Minggu (28/8).
Shohibul mendesak kepolisian untuk bisa mengungkap siapa yang diuntungkan dan yang dirugikan dalam peristiwa tersebut. "Itu menjadi langkah awal untuk memetakan anatomi kasus ini," jelas Shohibul.
BACA JUGA: Kisah Istri yang Selalu Tampil Seksi dengan Sarung
Shohibul Anshor meyakini, dalang dari peristiwa tesebut berupaya untuk menciptakan isu perpecahan antarumat beragama. Apalagi tersangka diketahui mengantongi simbol ISIS.
Dugaan pelaku amatiran juga terungkap dari keterangan Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut, Kombes Pol Nur Fallah. Menurutnya, pelaku bukan meledakkan bom, melainkan petasan.
"Diduga petasan itu tidak meledak. Hanya mengeluarkan api dan asap saja. Setelah itu, pelaku ngejar pastor ke mimbar," kata Fallah di lokasi kejadian.
Disoal mengenai informasi tentang pelaku diduga merakit bom itu di Jalan Brigjend Katamso, Kelurahan Kampung Baru, Fallah mengaku hingga kini masih mempelajari informasi tersebut.
"Masih mempelajari motifnya apa. Memang ada kabel, kita masih mau melakukan penyelidikan dulu dan mungkin ke depan akan saya sampaikan lebih lanjut," katanya.
Selain itu, Fallah juga mengatakan, niat pelaku bukan untuk melakukan aksi bom bunuh diri, tetapi ingin membunuh Pastor Albert Pandiangan dengan sebilah pisau. "Namun yang kena hanya bagian tangan. Setelah itu, dikejar oleh umat dan setelah itu ditangkap lalu diamankan dan segera menghubungi pihak kepolisian," kata Fallah.
Mengenai jumlah pelaku yang lebih dari satu orang, Fallah belum dapat memastikan hal tersebut. Kata dia, sejauh ini masih seorang pelaku yang berhasil diamankan polisi.
Soal ditemukannya simbol-simbol jaringan ISIS dari saku pelaku, Fallah pun belum dapat memastikan kalau pelaku berkaitan dengan ISIS.
"Sementara belum bisa kita menentukan sampai ke sana (soal ISIS). Pelaku masih dikembangkan oleh anggota polisi dan dibawa ke lokasi lain yang diduga tempat tinggal bersangkutan," jelasnya.
Begitupun, Fallah enggan berspekulasi terkait adanya jaringan terorisme maupun lainnya. Fallah bilang, pihaknya fokus terhadap kasus percobaan pembunuhan.
"Sampai saat ini masih dikembangkan soal motif lainnya. Sampai saat ini kita belum bisa menyimpulkan. Pelaku masih bungkam. (Korban) hanya satu orang, pastor," kata dia.
Namun, Fallah menyebutkan, pelaku Ivan disuruh oleh seseorang. Sayang, ditanya lebih rinci oknum yang menyuruh pelaku, Fallah enggan membeberkannya. "Sampai saat ini, menurut keterangan pelaku, dia disuruh seseorang. Sampai saat ini belum kita ketahui inisialnya," kata dia.
Disinggung apakah pelaku disuruh oknum dengan bayaran sejumlah uang, Fallah pun enggan berkomentar.
"Motifnya rencana mau melakukan pembunuhan kepada pastor," kata dia.
Menurut dia, polisi akan melakukan pengamanan kepada sejumlah gereja yang ada di Kota Medan. Kata Fallah, barang bukti sementara yang diamankan adalah sepeda motor, pisau dan ransel yang diduga untuk membawa bom tersebut.
"Ada pakaian juga di dalam ranselnya itu. Tidak ada berserakan. Itu yang diledakkan yang dalam tas. Ada satu yang meledak. Tidak ada luka bakar, korban hanya luka tusuk," tandas Fallah.
Informasi diterima Sumut Pos, saat itu ibadah Misa dimulai di Gereja tersebut sekira pukul 08.00 WIB. Saat itu, ada sekitar 500 lebih Jemaat Gereja mengikuti ibadah misa itu. Namun, sekitar 30 menit ibadah berlangsung, percikan api muncul dari sebuah tas ransel yang disandang Ivan Armadi Hasugian. Seketika jemaat gereja berhamburan keluar gedung.
“Saya berjarak sekitar 20 meter dari anak itu. Saya lihat anak itu kok malah lari kea rah Pastor. Saya lihat di tangannya bawa pisau, “ ungkap Ananta Ginting, seorang jemaat ketika ditanyai Polisi di kafe yang berada tepat di seberang gereja.
Lebih lanjut, pria berusia 42 tahun itu mengaku kalau dirinya tidak langsung mengejar tersangka karena situasi masih sangat panik dan kalut. Namun, dia dan beberapa jemaat gereja lain melihat tersangka ingin menyerang Pastor Albert S Pandiangan. Mendapat serangan itu, Pastor Pandiangan membela diri. Namun, akhirnya ia menderita luka robek di lengan kiri.
“Begitu melihat Pastor diserang, langsung saya kejar tersangka. Saat itu di pikiran saya hanya ingin membela Pastur yang diserang. Saya tidak berpikir lagi di dalam tasnya ada bahan peledak atau tidak dan akan meledak atau tidak,“ sambung pria yang mengaku tinggal di Jalan Pembangunan, Medan Selayang itu.
Ditambahkan Ananta, sebelum percikan api keluar dari dalam tas ransel yang disandang tersangka, tersangka seperti melengketkan kabel. Hal itu dilihat jelas oleh orang-orang yang duduk berdekatan dengan tersangka, waktu peribadahan misa sedang berlangsung.
“Kalau dia bawa kawan atau tidak, saya tidak tahu. Namun katanya dia naik sepeda motor. Udah diamankan polisi, “ tambah Ananta. (ted/ain/amr/adz/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ealah..Tangki Pertamina kok Nyemplung ke Sawah
Redaktur : Tim Redaksi